blank
Lestari Moerdijat saat memberikan pandangannya pada acara Sosialisasi Empat Konsensus Kebangsaan MPR RI, di Kabupaten Jepara, Selasa (12/12/2023). Foto: lmc

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan, pengakuan terhadap nilai-nilai kepahlawanan mesti diikuti dengan model pembelajaran yang memperkuat akar sejarah, sehingga dapat dijadikan dasar setiap warga negara untuk menentukan arah kehidupan bangsa di masa depan.

”Salah satu upaya pembelajaran sejarah adalah dengan menanamkan model kepemimpinan Ratu Kalinyamat, untuk ditumbuhkan melalui proses belajar mengajar di setiap institusi pendidikan,” kata Lestari, pada acara Sosialisasi Empat Konsensus Kebangsaan MPR RI, di depan para guru sejarah di Kabupaten Jepara, Selasa (12/12/2023).

Menurut Lestari, guru sejarah merupakan aktor yang mampu membumikan pembelajaran sejarah melalui pemahaman peristiwa masa lalu, untuk menghadirkan keutamaan nilai pada masa kini, sehingga generasi penerus mampu memaknai masa depan mereka.

BACA JUGA: Wonogiri Borong Dua Penghargaan IGA, Lewat Rumanis dan Simapres

Dalam konteks pembelajaran sejarah Pahlawan Nasional Ratu Kalinyamat, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, diharapkan para guru tidak hanya memosisikan diri sebagai pencerita berdasarkan narasi parsial, tetapi menjadi individu yang merefleksikan pentingnya pendekatan sejarah secara menyeluruh, dalam menetapkan prioritas nilai yang berdampak pada arah kehidupan bangsa.

Kekaguman akan kepandaian, pengetahuan dan kesahajaan Sang Ratu Jepara yang disampaikan para sejarawan, tambah Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, dapat menjadi inspirasi para guru, untuk menghubungkan heroisme, cinta Tanah Air dan semangat anti-kolonialisme, dengan nilai kebangsaan yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Keterhubungan antara nilai kepemimpinan Ratu Kalinyamat dan konsensus kebangsaan, ujar anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, dapat diungkapkan lewat pemaparan sepak terjang Ratu Kalinyamat, yang menempatkan persatuan, perdamaian, kesetiakawanan dan keadilan yang bermuara pada gotong-royong yang senafas dengan nilai Pancasila, sebagai norma dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

BACA JUGA: Prodi Ilmu S1 Komunikasi Unissula Buka Konsentrasi  Content & Media Creative

Model pembelajaran sejarah secara holistik, ujar Rerie, dapat menciptakan perubahan paradigma berpikir, karena peserta didik mampu menyadari, para leluhur mereka telah mewariskan kecerdasan spiritual dan komunal, untuk bertumbuh sebagai pribadi. Sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan Nasional.

”Kepemimpinan Ratu Jepara itu dapat disimpulkan sebagai sebuah tonggak sejarah kehidupan bangsa.

Karena kepahlawanan Ratu Kalinyamat mampu menginspirasi seluruh anak bangsa, dan menumbuhkan rasa cinta Tanah Air melalui semangat anti-kolonialisme, yang ditanamkan
Sang Ratu,” tukas Rerie.

Riyan