blank
Ilustrasi. Reka Wied

blankILMU netral, kitalah yang mewarnainya. Kita dapat menggunakan ilmu untuk merusak maupun kebajikan. Misalnya gendam, banyak yang menuding sebagai sarana kejahatan. Bagi saya, gendam itu bebas nilai, tergantung siapa yang mewarnainya.

Ibarat pisau, tergantung siapa yang memegangnya. Selain sisi magisnya, gendam juga bisa berperan sebagai  teknik komunikasi yang secara alamiah dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman dan kejelian memilih target atau “calon korban”.

Setiap pribadi memiliki celah untuk dipengaruhi gendam melalui apa yang mereka sukai. Berawal dari “terpesona” pertahanan logika bisa  menjadi lemah. Itu karena tidak ada manusia yang keilmuannya lengkap.

Profesor  sekalipun hanya ahli pada bidang keilmuannya, dan dia menjadi awam ketika berhadapan dengan orang yang memiliki keahlian yang tidak dibidanginya. Misalnya, Pak Habibie -mantan Presiden RI– walau ahli di bidang desain pesawat, jika beliau mencoba membuat kendhi (tempat air dari tanah) dibanding orang desa yang setiap saat membuat kendhi, beliau tentu kalah.

Tentang gendam, saya mencatat kejadian yang pernah saya lihat dan alami berkaitan dengan gendam. Saya menyimpulkan, tidak selamanya gendam itu negatif (untuk kejahatan). Banyak yang menggunakan gendam itu untuk menolong.

Gendam itu tidak hanya bisa memengaruhi orang sumber daya manusianya rendah. Orang dengan tingkat intelektual cukup atau bahkan tinggi pun dapat saja dimasuki melalui kelemahan atau kekurangannya dengan menyuguhkan sesuatu yang tampak awam dimata terget sehingga membuatnya terpesona.

Salah satu dari peristiwa yang saya ingat itu ketika saya didatangi  teman yang sedang didzalimi majikannya di negeri orang. Upah kerja tujuh bulan di luar negeri senilai Rp 37.000.000, pada tahun 1998 tidak dibayar oleh majikannya.

Ketika teman itu menghubungi saya melalui telepon, yang pertama  saya tanyakan adalah, apa yang paling disukai majikannya? Dijawab, benda magis. Saya pikir, ini “makanan empuk” bagi saya. Maka, strategi ala gendam pun saya mainkan.

Teman itu saya suruh bercerita kepada majikannya dan mengatakan, di Indonesia ada yang memiliki jimat kebal yang dapat dibuktikan keampuhannya kapan saja.

Tak lama kemudian majikannya menghubungi saya, minta informasi apa yang disampaikan karyawannya. Setelah itu kami sering berkomunikasi melalui handphone. Ketika majikan mengutarakan ingin memiliki jimat kebal itu, saya jelaskan, jimat itu hanya mau mengikuti orang yang hati dan pikirannya bersih.

Dia yakin karena saya sudah mengirimkan dokumentasi dari “uji coba jimat” kebal itu, mulai rambut kebal silet, dan tembakan senapan angin 4,5. Padahal, bagi orang yang belum mengetahui rahasianya, itu dianggap sebagai ilmu kesaktian.

Ketika pertemanan kami sudah akrab, apa yang saya sarankan dipatuhi. Termasuk ketika saya meminta agar gaji pekerjanya dilunasi untuk menengok keluarganya, dan nanti baliknya sambil membawa duplikat azimat kebal.

Dalam waktu kurang dari satu bulan, upah yang menunggak enam bulan itu dibayar kontan. Majikan tergendam teknik komunikasi yang saya lakukan. Mulai dari adegan kebal silet yang saya kirim melalui internet, juga informasi azimat yang dapat dipinjam walau menyeberang lautan.

Trik gendam yang saya mainkan, target utamanya agar majikan membayar upah buruh, titik! Soal dia menyesal atau marah karena buruhnya tidak segera kembali, itu soal lain.

Orang awam ketika menyaksikan “keajaiban” tentu saja terpesona. Dan karena itu pintu masuk bujuk rayu mudah masuk. Dalam posisi percaya dan terpesona itu  membuka dirinya untuk diperdalam (deepening) sugesti lebih mudah.

Untuk Menasihati

Sesekali saya menggunakan teknik komunikasi ala gendam kepada orang-orang bingung yang mendatangi saya. Misalnya, ada yang datang  membawa kartu judi dan dia minta saya memantrai kartu judi itu agar setiap dia main judi  selalu menang.

Karena dia percaya magis, saya pun mengikuti gayanya. Misalnya, saya bisa “menerawang” nama kakeknya yang sudah meninggal puluhan tahun. Yang ini benar-benar membuat tidak tidak mampu berpikir. Teknik ini juga efektif menjatuhkan logika target yang akan kita pengaruhi.

Setelah yakin dengan kemampuan saya, sugesti (saran) dapat ditingkatkan, di antaranya meramal bahwa klien itu tidak berbakat untuk judi karena dia itu diciptakan Tuhan sebagai orang baik. Dan  jika dia maksiat, sentilan Tuhan langsung ditampakkan.

“Semakin Anda bersemangat berjudi, semakin besar kesialan yang Anda alami!” Kata saya. Setelah itu, tobat! Semua berawal dari kekaguman yang menyebabkan orang percaya. Dia kembali ke  profesinya sebagai pedagang keliling.edagang keliling.

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati