Oleh: Dra. Eko Gustini Wardani Pramukawati
INDONESIA terdiri atas berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Setiap pulau memiliki wilayah dengan cakupan luasan yang beragam.
Hal demikian menjadikan moda transportasi sebagai alat angkut untuk perpindahan orang atau pun barang dari satu daerah ke daerah lain menjadi penting.
Terkait hal tersebut mana di sinilah transportasi sebagai sarana atau media menghubungkan antar wilayah menjadi sangat vital.
Salah satu sarana transportasi yang menjangkau lokasi relatif jauh dari perkotaan adalah Bus Rapid Transit (BRT). Hal tersebut dikarenakan jalur BRT memang dirancang menghindari kemacetan. Kalaupun melalui jalur umum, maka tempat pemberhentian tetap tidak bisa sembarangan.
Sebagai orang Jawa Tengah, penulis bersyukur dengan hadirnya BRT Trans Jateng. Itu lantaran kehadirannya bukan sekadar untuk gagah-gagahan, melainkan lebih sebagai insentif yang mampu mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk berpindah moda transportasi dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang lebih nyaman.
Dalam skala luas, hal demikian bukan saja dapat meminimalisasi penggunaan kendaraan pribadi, namun juga mampu menekan volume kendaraan di jalan. Muaranya dapat mengurangi kemacetan dan polusi.
Menambah Rute, Membuka Wilayah
Salah satu kebanggaan penulis selaku wong Jateng, bahwa di setiap tahun BRT selalu menambah rote. Salah satu contoh, BRT Rute Koridor 1 Kota Semarang-Bawen yang beroperasi sejak Tahun 2017 sampai saat ini menempuh perjalanan dari Stasiun Tawang Kota Semarang menuju Bawen dan dari Terminal Bawen Kabupaten Semarang ke Semarang.
Pemberangkatan awal bus ini pukul 05.00, sedang pemberangkatan terakhir pada pukul 19.30 WIB dari Tourist Information Center (TIC) Jalan Pemuda Semarang dan pukul 19.10 WIB dari Terminal Bawen. Masing-masing sampai pada terminal sekitar jam 20.50 WIB.
Lain halnya BRT Rute Koridor 2 Purwokerto-Purbalingga, yang beroperasi sejak 2018 yaitu menempuh perjalanan dari Terminal Bulupitu Purwokerto, dan dari Terminal Bukateja Purbalingga. Pemberangkatan awal bus ini pukul 05.15 WIB. Sedangkan jadwal akhir keberangkatannya pukul 18.00 WIB dari Terminal Bulupitu dan pukul 17.35 WIB dari Terminal Bukateja.
Tahun 2019, BRT menambah rute Semarang-Kendal sebagai Koridor 3. Titik awal penjemputan dari Terminal Mangkang, Terminal Bahurekso Kendal dan RTH Weleri dengan jam operasional mulai 05.20 WIB. Pemberangkatan paling akhir rute ini dimulai pukul 19.00 WIB dari Terminal Mangkang dan Terminal Bahurekso. Jam operasional BRT Trans Jateng berakhir pada pukul 20.00 WIB.
Terkait Koridor 4 dengan rute Magelang-Purworejo beroperasi sejak Tahun 2020. Titik awal penjemputan berada di Terminal Borobudur dan Kutoarjo dari jam 05.00 WIB hingga 17.00 WIB. Jam operasional berakhir pukul 19.00 WIB.
Pada tahun yang sama pula yaitu 2020, dibuka pula Koridor 5 rute Kota Surakarta-Sragen dengan titik awal penjemputan dari Terminal Tirtonadi dan Terminal Sumberlawang. Terkait jam tetap dimulai pada pukul 05.00 WIB dan paling akhir 17.30 WIB dengan lokasi terminal yang sama.
Alhamdulillah pada Tahun 2021 dibuka Koridor 6 dengan route penjemputan Terminal Penggaron Kota Semarang dan Terminal Godong Kabupaten Grobogan pada pukul 05.00 WIB. Sedangkan akhir pemberangkatan dimulai jam 18.00 dari Terminal Penggaron dan Terminal Gubug.
Untuk Koridor 7 dengan rute Kota Solo-Sukoharjo-Wonogiri, dimulai pada tanggal 8 Agustus 2023 dengan titik awal penjemputan Terminal Tirtonadi dan Terminal Wonogiri pada pukul 05.00 WIB. Akhir jam operasional rute tersebut adalah pukul 19.00 WIB. Saat pembukaan rute ini hingga 13 Agustus 2023, pemerintah memberikan gratis pembayaran bagi pengguna.
Kalau kita mencermati rute-rute tersebut, maka ada beberapa rute yang semula sulit dijangkau umum karena perlu berganti kendaraan, kini menjadi mudah dan murah. Cukup sekali naik BRT, maka sampailah pada lokasi yang diinginkan. Dalam skala yang lebih luas, penambahan rute BRT mampu membuka keterisolasian wilayah. Dari wilayah yang semula mungkin dianggap nDeso karena jauh dari kota, menjadi terbuka hingga semakin maju dan berkembang.
Faktanya saat ini semakin banyak orang berbondong-bondong mbangun desa termasuk para developer. Jauh di puncak bukit pun, kini banyak rumah megah dan mewah. Kalaupun tidak ditempati pribadi, juga dijadikan apartemen. Kehadiran BRT adalah pemicu dan pemacu terbukanya keterisolasian wilayah.
Kemurahan Harga untuk Pelajar dan QRIS
Mencermati penambahan koridor BRT hampir di setiap tahun dengan berbagai rutenya, hal demikian menunjukkan bahwa pemerintah selalu berusaha memberikan kemudahan bagi masyarakatnya.
Lebih menggembirakan lagi, bahwa penambahan rute tidak menambah kenaikan harga, melainkan relative tetap terjangkau. Tampak dari tarif Rp. 4.000 bagi masyarakat umum dan Rp. 2.000 bagi pelajar, buruh, dan veteran.
Yang penting mampu menunjukkan kartu identitas, seperti Kartu Pelajar, dan lain-lain maka amanlah semuanya. Selain itu juga mengenakan seragam (pelajar dan buruh), berpakaian rapi (mahasiswa), serta dapat menunjukkan kartu pelajar, kartu mahasiswa, atau ID Card Asli atau bukti kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) bagi buruh.
Lain halnya bagi veteran syaratnya menunjukkan tanda anggota veteran. Khusus hari Minggu dan hari libur nasional, hanya berlaku tarif umum dan tarif veteran. Sedangkan pelajar, buruh, dan mahasiswa mesti membayar sesuai tarif umum, yaitu Rp 4.000 jauh-dekat.
Selaras perkembangan jaman sejak 1 Januari 2022, pembayaran BRT juga tidak hanya secara tunai, melainkan juga melayani pembayaran non tunai (cashless) dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai standar QR Code nasional yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2019.
Hal demikian berlaku di seluruh rute yang tersedia. BRT QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
Semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang akan menggunakan QR Code Pembayaran wajib menerapkan QRIS yang mampu mengakomodir 2 model penggunaan QR Code Pembayaran yaitu Merchant Presented Mode (MPM) dan Customer Presented Mode (CPM). Namun demikian, implementasinya mengacu pada standar QRIS yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai standar nasional.
Tak Sekadar Gagah-gagahan
Menjurut penulis, hadirnya BRT bukan sekadar gagah-gagahan sebagai ikon kota besar, melainkan lebih pada upaya insentif, mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk berpindah moda transportasi dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang lebih nyaman.
Hal ini bukan saja mengurangi kendaraan pribadi di jalan, tapi juga menekan volume kendaraan di jalan, kemacetan juga polusi. BRT merupakan bagian dari bentuk tanggung jawab pemerintah termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk penyediaan alat transportasi berbasis jalan yang aman, nyaman, tertib, teratur, dan biaya terjangkau.
Jadi meski mungkin BRT masih jauh dari harapan masyarakat, namun setidaknya merupakan salah satu solusi mengurangi kemacetan di jalan raya. Penulis percaya, BRT akan semakin dilirik dan dicintai masyarakat sehingga menjadi pilihan utama ketimbang macet, berkeringat di jalan. Bisa jadi BRT di Tahun 2024 menjadi salah satu sarana melepas lelah bagi para pemudik yang berdasarkan hasil survey Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, potensi pergerakan nasional pada masa Libur Lebaran 2024 ini diprediksi sebesar 193,6 juta orang, dan sebanyak 31,81% (61,6 juta orang) bertujuan ke Jawa Tengah, baik menggunakan moda transportasi darat, laut maupun udara.
Sedangkan pergerakan yang berasal dari Jawa Tengah, diperkirakan sebesar 26,11 juta orang. Angka ini cukup fantastis, maka keberadaan BRT semoga bisa membantu saudara kita yang beraktivitas di Jawa Tengah dapat terlayani dengan baik.
Dra. Eko Gustini Wardani Pramukawati, Kasubag TU Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Jawa Tengah (Demak-Jepara), Pramuka Peduli Kwarda Jateng, Anggota Korps Pelatih Pembina Pramuka Cakra Baswara Kota Semarang, Ketua Proklim Purwokeling BPI Kota Semarang