blank
Membaca buku "Rahasia santet". Foto: Dok penulis

blank

SANTET itu ada ilmunya, namun bisa tidaknya menimbulkan bahaya. Tergantung yang mengirim dan targetnya. Menurut kepercayaan, ada orang yang mudah dipengaruhi, namun ada yang kebal santet.

Di antara mereka yang kebal santet itu, adalah orang yang intens mengolah rohaninya, titisan orang sakti, faktor kodrat dari  Tuhan, atau kondisi saat serangan itu datang dia dalam kondisi bagaimana.

Secara fisik, orang yang memiliki peredaran darah baik, rajin berolahraga, aktif mengolah jasmani dan rohani, senam, yoga, meditasi, prana, dia lebih tahan terhadap kiriman energi negatif, karena dalam tubuhnya tersimpan energi yang melindungi.

Menangkal santet lebih baik dibandingkan mengobati. Layaknya orang memakai sepatu, agar aman dari paku atau duri. Menangkal santet yang paling praktis itu dengan memperbaiki pola hidup dan pola pikir.

Prinsip alamiahnya orang baik bertemu orang baik. Maka, untuk menetralkan  santet itu pakai rumus “berkorbanlah agar tidak menjadi korban” karena santet itu dapat ditangkal dengan cipta, rasa, karsa, dan kuasa.

Praktisnya, menangkal santet itu dengan memperluas wawasan, selalu tenang, tidak mudah terprovokasi atau berprasangka buruk kepada orang lain disaat  fisik dan psikis sedang ada masalah.

Hindari pula berakrab dengan orang dengan pola pikir klenik, yang senang mendramatisasi keganasan santet, dsb. Ketika Anda sering disuguhi dongeng “dunia lain” macam itu, disaat fisik dan psikis Anda sedang tidak nyaman, justru menyuburkan prasangka buruk kepada sesama.

blank
Menanam pohon pepaya konon dapat mengusir santet. Foto: Ist

Tersenyum dan Tertawa

Proses kerja santet itu mirip-mirip tenaga dalam atau bela diri kontak “pukulan jarak jauh”. Tenaga dalam lebih mudah masuk atau memengaruhi  target  yang dalam kondisi “amarah” atau emosi.

Orang yang selalu tenang, murah senyum, banyak tertawa, sulit atau bahkan tidak bisa dipengaruhi santet. Karena itu, ada guyonan bahwa pelawak atau orang yang humoris itu sulit disantet, karena mereka selalu ceria.

Santet hanya efektif pada target yang memiliki pertahanan lemah  disebabkan faktor takut, ragu, khawatir, dan yang bodoh. Sedangkan orang dengan kondisi batin nyaman, murah senyum dan tertawa, sulit dipengaruhinya.

Segala aktivitas positif yang memicu endorfin, itu menyebabkan seseorang sulit dipengaruhi energi-energi negatif, termasuk santet dan berbagai jenis magis yang lain.

Tanaman Penangkal Santet

Menurut orang-orang tua dulu, ada jenis tanaman yang secara alami berfungsi penangkal santet. Yaitu jenis tumbuhan yang mengandung banyak air yang akarnya tidak kuat menancap di tanah, seperti kelor, pepaya, kenanga, talas hitam, dan tebu hitam.

Tanaman itu diyakini  mampu menangkal, menolak, menyerap, atau  membelokkan arah santet. Secara tradisi jenis tumbuhan ini  berfungsi untuk mendeteksi serangan santet. Dan keberadaannya ditandai adanya pohon yang mendadak layu. Pohon penangkal itu biasanya ditanaman pada empat sudut pekarangan.

Aksesori Kayu Antiular

Menangkal santet bisa dengan menggunakan aksesoris dari jenis kayu yang ditakuti ular. Dalam agama ular diidentikkan dengan setan. Maka, kayu yang tidak disukai ular dapat digunakan menangkal santet dan jenis energi negatif lain.

Selain penangkal dari jenis tumbuhan, ada jenis kayu yang memiliki karakter menangkal dan mengobati santet. Diantaranya   setigi, nagasari, minging. Setigi lebih kuat untuk pengobatan, sedangkan kayu nagasari dan minging untuk menangkal.

Selain menggunakan tanaman sebagai penangkal, cara lain bisa dilakukan dengan memelihara kucing. Menurut keyakinan, disaat kita tidur jika ada serangan santet, dan di dalam rumah ada kucing, maka santetnya bisa berbelok menghantam kucing.

Cara lain menangkal santet bisa dilakukan dengan menyimpan merang ketan hitam. Orang yang sudah “menyatu” dengan benda itu sulit dipengaruhi berbagai jenis ilmu gaib. Merang ketan hitam ini  bisa dibuat dalam bentuk aksesoris,  dimasukkan dalam gelang  plastik tebal, dsb.

Cara lain, yang dilakukan orang zaman dulu, untuk menghindari santet itu dengan tidur pada lantai beralaskan tikar atau kasur. Karena ada keyakinan santet bergerak setinggi lutut orang dewasa. Artinya, ketika kita tidur di lantai, ibarat tentara sedang tiarap saat ada berondongan peluru.

Pendapat lain, agar terhindar dari serangan santet, tidurlah setelah tengah malam. Cara ini bisa dilakukan jika sudah telanjur diyakini sebagai solusi. Sedangkan secara spiritual bisa dilakukan dengan zikir, mantra, atau aktivitas rohani lain yang dapat memicu ketenangan.

Masruri, penulis buku, konsultan dan praktisi metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati