DIIBARATKAN, setiap manusia berbuat salah, dia membuat lubang bagi dirinya. Semakin banyak dan dalam, semakin besar kesempatan mengubur dirinya.
Karena itu, cemas akibat dosa memengaruhi ketenangan batin. Tidur tidak nyenyak, makan tidak enak. Kesehatan pun terganggu. Jantung berdebar, hilang nafsu makan, fisik dan psikis terganggu. Orang yang melakukan kesalahan, sulit mendapat ketenangan.
Agar terhindar dari cemas, kendalikan nafsu dan berdoalah : Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal khazani wa a’udzu bika minal’ajzi wal kasali wa a’udzu bika minal jubni wal bukhli wa a’udzu bika min gholabatid daini wa qahrirrijaali.
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kebakhilan. Aku berlindung kepada-Mu dari utang yang banyak dan penindasan orang besar.”
Doa yang diajarkan Nabi SAW ini ada dua harapan. Yaitu, dijaga dari hal yang menyebabkan datangnya sifat itu, dan dihilangkan pada diri kita jika sifat itu masih ada. Dan doa yang cepat dikabulkan, itu doa yang diikhtiari. Adanya tindakan fisik yang menyebabkan sifat itu tidak akan datang.
Maka, orang yang berdoa agar terhindar dari kecemasan, dia juga harus menghindar dari penyebab kecemasan. Begitu juga yang berdoa terhindar dari himpitan beban, berupayalah hidup sesuai kemampuan.
Ikhtiar, idealnya dilakukan lahir batin. Karena terkadang datangnya cemas, sedih, tertindas itu bukan usur kesengajaan. Dan sebagian dari manfaat doa itu menghindarkan dari balak, sesuatu yang tidak menentramkan hati.
Masuknya setan pada tubuh melalui nafsu rendah yang dituruti. Disebutkan, setan masuk tubuh manusia itu ketika manusianya sudah ada kecenderungan berbuat dosa, terlebih jika dia tidak terdindingi akal dan ilmu yang diberkati.
Dan tidak beralasan jika setiap melakukan kesalahan, setan dijadikan kambing hitam. Karena manusia itu sudah dikaruniai akal untuk membedakan mana kebajikan dan kejahatan. Dapat disimpulkan, penyebab masuk dan tertahannya setan itu ditentukan pada “ingat” dan “lupa” kepada-Nya.
Baca juga Harta Karun Pintu Setan-I
Ghoflah (lupa Allah) adalah pintu masuk setan, dan zikir (ingat Allah) kunci yang menyebabkan setan itu tertahan masuk dalam jiwa manusia. Pengertian antara “lupa” dan “ingat” itu bukan terbatas pada lisan. Hakikatnya ada pada tindakan.
Zikir, ingat Allah berarti menjalankan segala perintahkan-Nya. Ghoflah, atau lupa Allah adalah melanggar hukum- Nya. Dan mengingat Allah dengan lisan, ditingkatkan dengan hati itu bentuk latihan yang disertai penghayatan.
Zikir lisan atau hati, ibarat pohon. Buahnya, takwa. Keduanya itu proses alamiah terjadinya hukum sebab akibat yang tidak bisa dipisahkan. Menurut para ahli hikmah, tiada warid tanpa wirid. Tiada buah tanpa pohon.
Zikir adalah penunggu jiwa. Siapa yang banyak lalai pada Allah, ibarat membiarkan rumah tanpa penghuni, sehingga mudah rusak dan dihuni makhluk yang sepantasnya tidak berdiam disitu. Jika kita banyak zikir, berarti kita menghadirkan malaikat penunggu jiwa kita.
Rumah kosong, identik dunia hantu yang menakutkan. Nafsu rendah yang dituruti mengundang kehancuran, maka beruntung kita yang menggunakan akal, hingga bisa membedakan baik dan buruk.
Kemampuan itu ditentukan bagimana menggunakan akal sehat, “Siapa yang akalnya mengalahkan hawa nafsunya dia beruntung, dan siapa yang hawa nafsunya mengalahkan akalnya, maka dia celaka.” (Sahabat Ali KW).
Akal sehat itu bala tentara Ar-Rahman, diciptakan dari Nur-Nya, dan hawa nafsu itu panglima tentara setan. Kedua “kubu” saling bertempur, dan yang menang, dialah yang menguasai jiwa. Dan kita ini kelompok yang mana?