blank
Ilustrasi. Reka: wied

blank

PERNAH melihat tayangan di televisi tentang harta karun dan kerajaan abal-abal. Menyimak argumentasi pemburunya yang super yakin dengan angan-angannya, saya ingat penuturan tetangga yang mengadu kepada sesepuh, karena anaknya pola pikirnya seperti itu.

Apa jawab beliau? “Orang mengatakan saya ini wali, namun kalau saya diminta mendoakan orang yang sudah terlilit soal harta karun, doa saya tidak mempan, bahkan doa tujuh wali pun tidak mempan, karena hatinya sudah dipeluk iblis,” jawabnya.

Beliau mengibaratkan, orang yang mengalami kondisi seperti itu, jika   masih punya seekor kambing, kambing itu dijualnya, dia meyakini hasil dari jual kambing itu upaya terakhir yang menyebabkan dia berhasil.

Orang yang memburu harta karun itu bisa karena banyak masalah,  tanggungannya banyak atau terlibat kasus yang menyebabkan dia melakukan tindak kriminal. Saya sering bertemu pemburu harta karun, sehingga paham dunia itu.

Tapi benarkah harta itu ada? Harta karun itu sanepa atau perumpamaan. Itu filosofi, cangkullah tanah, nanti kamu dapat emas dan uang. Jadi, menyangkulnya di ladang, sawah, ditanami palawija, padi, sayur,  hasilnya dijual ke pasar, jadi uang untuk beli emas. Itu harta karun yang asli.

Ada istilah godhong dicekel dadi duit (daun dipegang jadi uang) itu sanepa, daun dipegang jadi uang, itu memetik  dedaunan, bawa ke pasar, dijual dan jadi uang. Sanepo orang zaman dulu pakai bahasa kias.

Cangkul ada tiga bagian, doran (gagang cangkul) dedonga marang Pangeran (berdoa kepada Tuhan), lalu bawak (bagian belakang cangkul) yaitu obahing awak (geraknya badan), orang kalau ingin rezeki, harus bergerak. Ketiga, pacul berarti limang waktu aja ucul (salat lima waktu jangan lepas).

Hidup jadi berkah, karena berpedoman filosofi pacul. Ini tidak macul  di daratan, melainkan di langit. Ladang sawahnya hamparan sajadah, cangkulnya tasbih dan bibitnya salawat.

Bukan Kesurupan

Manusia “kemasukan” setan, itu bukan saat kesurupan. Dalam keseharian, ketika fisik kondisinya bugar, setan tetap gentayangan dalam jiwa dan mengajak hal yang menyimpang dari agama. Dan kapan setan masuk tubuh manusia?

Setan masuk hati manusia itu setelah manusianya ada niat berbuat dosa. Setan masuk hati manusia melalui sifat buruk yang ada pada manusia itu. Orang yang menjaga imannya, setan tidak membisikkan godaan. “Sesungguhnya engkau tidak berkuasa atas hamba-hamba-Ku.” (QS. 15:42).

Karena setan hanya mengganggu bagi yang mau diganggu. Setan identik dengan nafsu rendah, siapa menundukannya dia menjadi raja, yang mengikutinya, menjadi budaknya.

Setan Tobat?

Suatu saat setan ingin tobat dan disampaikan kepada Nabi Musa AS untuk menyampaikan kepada Allah. Allah memberi syarat agar tobatnya diterima, setan bersujud kepada kuburan Adam AS. Mendengar itu, setan marah. “Bagaimana saya bersujud kepadanya ketika dia sudah mati, dan selagi hidup saya tidak mau melakukan.”

Karena Musa AS sudah membantu menyampaikan pesan kepada-Nya, setan memberikan nasihat yang akan menyelamatkan. “Ingatlah saya dalam tiga keadaan. Pasti saya tidak mencelakakan kamu,” kata setan. “Ketika kamu marah, saya berada dalam ruh dan matamu, saya bergerak bersama aliran darah.”

“Di medan perjuangan, saya ingatkan kamu dengan anak istri agar semangatmu melemah. Ketiga, jauhi berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, karena kamu akan menjadi utusan dia kepadamu dan utusanmu kepadanya.”

Pintu setan itu karena sifat marah, pengecut dan menipisnya semangat amar makruf nahi munkar, dan pergaulan bebas yang pada zaman akhir ini dianggap hal yang lumrah. Menurut Imam Fahrur Rozi, ada tiga pintu masuknya setan dalam tubuh manusia.

Yaitu: Ghadab, syahwat dan hawa. Ketiganya menggerakkan aktivitas manusia. Dalam psikologi modern, ketiganya -Ghadab, syahwat dan hawa- disebut primary drives atau motives. Ghadab itu ingin mengungguli, dan mengalahkan pihak lain.

Ghadab melahirkan sombong.

Syahwat, menuruti kenikmatan sensual: makan, minum, hiburan, seks, dsb. Syahwat melahirkan serakah dan bakhil.  Hawa mementingkan diri sendiri dan menonjolkan  keakuan. Dari hawa lahir sifat menentang kebenaran. Dari ghadab, syahwat dan hawa melahirkan ujub, takabur, rakus, bakhil, kufur.

Jika keenam sifat itu digabungkan, timbul  dengki dan  gabungan dari kejahatan. Ghadab  menghilangkan akal. Kita dilarang mengambil keputusan disaat marah. Syahwat sifat yang menonjol dari hawa nafsu. Syahwat mata, melihat. Syahwat telinga, mendengar. Syahwat hidung mencium, syahwat badan, menyentuh.

Mengikuti nafsu rendah, menghasilkan kepuasan sesaat dan menyebabkan penyesalan panjang. Diantara sifat akibat menuruti nafsu itu : Cemas, sedih, lemah, malas, pengecut, bakhil, beban (utang) yang berat dan ditindas orang lain karena hilangnya harga diri.

Sifat cemas, sedih, lemah, malas, pengecut, dari pandangan rohani, yang menyebabkan keruhnya hati dan secara fisik  mempengaruhi kesehatan. Orang yang  mencuri, dihinggapi perasaan cemas. Dari cemas  menyebabkan sifat lemah dan tertindasnya hak pribadi. (Bersambung)