blank

Oleh : Ariyanto Mohammad Toha, M.Pd., C.MT., Gr

Perubahan tidak serta merta terjadi. Juga tak segampang membalik telapak tangan. Perubahan haruslah dimulai dari hal yang kecil, dimulai dari hari ini, dan dimulai dari diri sendiri. Itulah yang saya coba lakukan sebagai Leader Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM Klaten) yang juga Alumni Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Jepara yang kini mengabdikan dirinya di SMP Muhammadiyah 8 Wedi.

Melewati masa pendidikan Guru Penggerak selama sembilan bulan tentu bukan hal yang mudah namun sangat dirasakan manfaatnya hingga kini.Perubahan mindset, keluar dari zona nyaman dan menanggalkan pemikiran-pemikiran usang yang telah lama mengakar di otak kit. Mengosongkan gelas ketika menerima pengetahuan-pengetahuan baru adalah satu-satunya cara untuk berubah. Berubah tak perlu menunggu kita menjadi apa dan jadi siapa karena dengan menjadi versi diri kita sendiri amatlah cukup untuk berubah.

Banyak refleksi yang tertulis selama menjadi pendidik amatlah penting menjadikan kita catatan untuk evaluasi diri dengan menanggalkan yang tidak baik dari diri kita di masa lalu, memperbaiki apa yang belum baik, mempertahankan dan bahkan meningkatkan budaya positif yang telah kita lakukan.

Ketika melihat tumpukan-tumpukan kertas yang nantinya tidak terpakai, terbesitlah bagaimana cara menghemat kertas namun tanpa mengurangi esensi dari isi kertasnya. Ini terjadi ketika saya menjadi Guru Piket di setiap hari Jumat. Saya mencoba menerapkan aset apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat kertas.

Saya mencoba membuat KPS (Kartu Presensi Siswa) yang berisi identitas siswa, barkode QR sebagai media atau alat pengganti presensi kehadiran siswa versi digital melalui aplikasi googleform.

Pada mulainya KPS ini saya gunakan hanya saat mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peserta didik menscan KPS setiap memulai pelajaran dan scan ulang ketika pelajaran Bahasa Indonesia telah selesai. Ini berkembang ketika saya melakukan tugas sebagai Guru Piket setiap hari Jumat.

Atas inisiasi ini, beberapa rekan sejawat seperti Eva Nurcahyanti, S.Pd dan Puan Rahmat Mustaqim, S.Or memberikan masukan dan mohon izin agar KPS ini dapat diberlakukan setiap hari digunakan setiap hari dengan menggunakan email sekolah saat peserta didik hadir dan perpulangan.

Tentu saya menyambut baik akan hal itu sehingga dengan demikian, kehadiran dan kepulangan peserta didik setiap hari dapat terekam ke dalam aplikasi google form sebagai bahan laporan ke orang tua dan juga sebagai inventaris digital apabila diperlukan saat akreditasi.

Fungsi ganda lainnya ialah sebagai penghemat kertas jika sebelumnya peserta didik presensi melalui Buku Absensi perkelas yang secara konvensional dipanggil satu persatu oleh gurunya dan hal ini nanti akan bergeser menjadi sebuah presensi yang lebih modern.

Penulis adalah Leader Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM Klaten)_Guru Penggerak Angkatan 7