SESAMPAI di atas bangunan tertinggi itu, Meir berdoa kepada Allah dengan khusyuk. “Ya Allah, daripada hamba berbuat maksiat lebih baik aku terjun dari sini.” Tanpa pikir panjang, Meir langsung meloncat. Dan ketika kakinya akan menyentuh tanah, Allah mengirimkan malaikat untuk menyelamatkannya.
Kisah ini aneh bin ajaib, karena tidak ada refrensi yang mengatakan, Meir itu tercatat sebagai anggota perguruan tenaga dalam, ilmu hikmah, dsb. Menunjukkan, keajaiban itu bukan “milik” mereka yang secara khusus mengolah batinnya. Baik itu melalui olah batin (riyadhah) atau metode lain yang bersifat fisik.
Jadi, hakikat dari keajaiban itu karena kuasa Tuhan yang Mahamelindungi, yang prosesnya tidak dapat dipastikan waktu dan dalam suasananya. Karena keajaiban itu fenomena yang belum sepenuhnya terungkap. Karena keajaiban tidak selamanya hanya untuk orang-orang yang secara intens mengasah sisi batinnya.
Orang awam sekalipun, suatu saat bisa mengalami peristiwa ajaib, seperti kisah pemuda bernama Meir. Karena kekuatan itu bukan dari manusia, melainkan dari Zat Yang Mahakuasa, yang tidak bisa kondisikan, namun bisa diusahakan. Dan itu tidak bisa kita paksa, namun bisa diminta.
Tentang kekuatan dan keajaiban itu milik-Nya. Tradisi yang lazim dilakukan sebagian dari ahli hikmah, agar kita sering ditolong pada saat-saat yang diperlukan, bahaya atau kesulitan, maka sering-seringlah melakukan riyadhah (olah batin). Dalam hadis Qudsi, mengingat Allah dikala suka (aman), menyebabkan Allah akan mengingat kita dikala susah (bahaya).
Dengan demikian, maka aktivitas zikir, wirid dan segala yang bertujuan mengingat Allah, berarti dia menabung energi supranatural. Namun pengertian zikir itu tidak terbatas pada zikir lisan saja. Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah mengklasifikasikan zikir itu terbagi dalam tiga bagian.
Yaitu zikir jali, zikir khafi dan zikir hakiki. Zikir jali adalah zikirnya lisan berupa puji-pujian kepada-Nya. Zikir ini bisa diucapkan tanpa disertai ingatan hati. Zikir ini zikir jali ada yang terikat dengan waktu seperti menjelang tidur, makan atau bepergian. Ada yang tidak terikat waktu dan jumlah seperti puji-pujian kepada Allah berupa kalimat : Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha illallah dan Allahu Akbar.
Sedangkan zikir khafi adalah zikir sirri (rahasia) dengan menghilangkan perasaan bosan. Sedang zikir yang paling sempurna adalah zikir hakiki, yaitu zikirnya seluruh anggota badan dalam memelihara apa yang dilarang dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
Kesimpulannya, kesempurnaan zikir adalah keselarasan antara mulut, hati dan tindakan. Dan kita bisa melihat kisah tentang Meir, pemuda tampan penjaja roti. Zikir-nya diaktualisasikan dalam perilaku, rasa takutnya menyebabkan dia memilih terjun dari atas gedung istana daripada mengikuti ajakan tuan putri untuk berbuat zina.
Ketika Meir mengingat Allah, Allah pun mengingat hamba-Nya. Tuhan yang Mahapenolong kemudian mengutus malaikat untuk menyelamatkan Meir. Walau secara logika, kenekatan itu dapat menyebabkan fatal. Para ahli hikmah memiliki beragam cara mengingat-Nya, kuncinya beramal saleh agar timbangan amal baiknya lebih berat dan dibandingkan amal buruknya.
Dan itu bisa dilakukan dengan zikir, riyadhah atau oleh batin dengan membaca apapun yang menyebabkan dia selalu ingat dengan Tuhan. Apakah itu zikir asmaul husna sembilan tersebut di atas bemilai zikir atau riyadhah? Sudah tentu ukurannya ada pada hati mereka yang mengamalkannya.
Riyadhah pada umumnya lebih condong untuk tujuan dunia, sehingga sebagian kalangan mendifinisikan antara zikir dan riyadhah itu memiliki nilai yang berbeda. Zikir dilakukan secara ikhlas dengan tanpa mengharap sesuatu dari Allah selain Ridha-Nya. Sedangkan riyadhah seringnya dilakukan untuk imbalan pahala dunia.
Dengan demikian apakah riyadhah tidak memiliki nilai ibadah? Sedangkan riyadhah adalah berdoa kepada Allah. Dan apapun bentuk dari doa, itu memiliki nilai ibadah. “Maka wajib atas kamu beribadah kepada Allah dengan doa” (Hadis riwayat Hakim).
Riyadhah adalah upaya batin dan sekaligus berdoa pada saat lapang. Karena mengingat Allah dikala suka menyebabkan Allah mengingat kita dikala susah. Dan upaya itu termasuk amal yang baik dan mulia. Dan tidak ada sesuatu yang lebih mulia dalam pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang.
Doa dapat menolak niat jahat mereka yang berniat jahat dan mempermudah urusan muamalah, baik urusan rezeki ataupun urusan yang lain. “Allah yang melepaskan kamu dari bencana-bencana yang disebabkan oleh musuh-musuhmu dan Dia pulalah yang mencurahkan rizki kepada kamu sekalian.” (Hadis Abu Ya’la).
Ikhlas
Sebagai orang yang berkecimpung di lingkungan tenaga dalam, saya meyakini sepenuhnya bahwa apapun bentuk ingat (zikir) seseorang sepanjang bermuara pada Allah SWT tetap memiliki ‘imbalan. Sehingga, diprogramkan atau tidak, dihajatkan atau tidak, zikir ataupun wirid tetap memiliki (baca: menyimpan) imbalan.