SEMARANG (SUARABARU.ID)– Sejak beroperasi Januari 2020 lalu, Hetero Space yang menempati UMKM Center di Banyumanik, Semarang, berhasil melesat menjadi co-working space, bersama ribuan member di Jawa Tengah, dalam membangun ekosistem digital. Sebagai pusat edukasi, pelatihan, dan pendampingan, Hetero Space telah memacu anak muda di Jateng, sukses dalam mengembangkan bisnis usaha rintisan (startup).
Hetero Space merupakan gagasan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, agar UKM punya ruang kolaborasi dan terdigitalisasi. Dinas Koperasi UKM Jateng kemudian menggandeng PT Impala Network, untuk mengeksekusi ide itu, dengan menjadikan Hetero Space sebagai ruang kerja bersama, yang memfasilitasi startup serta UMKM di Jateng.
Muaranya, startup-startup bisnis yang berkecambah di Jateng, menemukan komunitasnya untuk mengembangkan usaha, menemukan solusi, membagi pengalaman dan saling berbagi (sharing), untuk membesarkan bisnisnya. Labih jauh dari itu, Hetero Space juga siap mendampingi para startup dalam melebarkan jejaring usahanya.
BACA JUGA: Penerbitan Sertifikat PTSL di Kudus Baru Terealisasi 5 Persen dari Target
Hetero Space juga dikelola oleh SDM yang berpengalaman di bidang co-working, antara lain manajer program, manajer IT, manajer space dan manajer kreatif, serta dibantu admin dan pengolah data.
Saat ini Hetero Space berada di dua lokasi, yaitu Hetero Space Semarang di Gedung UMKM Center Jawa Tengah, Jalan Setiabudi 192, Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang dan Hetero Space Solo di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo 92, Purwodiningratan, Jebres, Kota Surakarta. Tahun ini rencananya dibangun Hetero Space Banyumas di Purwokerto.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng, Ema Rachmawati mengakui, banyak anak muda di Jateng yang mendirikan startup. Inovasi dan ide kreatif yang mereka ciptakan bisa menjawab dari permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita, baik dari bidang pendidikan, logistik, transportasi, pariwisata, agrikultur, gaya hidup, lingkungan, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: IZI dan YBM PT PLN UP3 Semarang Beri Bantuan Kaki Palsu dan Kursi Roda
”Anak-anak muda pelaku startup ini adalah UMKM. Kami terpanggil untuk melakukan pembinaan, monitoring, pengawasan, dan memberikan fasilitasi. Secara umum, kendala startup di Jateng mayoritas adalah akses modal, disusul regulasi dan pasar. Untuk itulah, peran investor sangat menentukan keberlangsungan para startup ini,” kata Ema.
Dia tak menampik, keberadaan fasilitas ini diharapkan mampu untuk mengurangi pengangguran di Jateng serta mampu untuk membantu dalam peningkatan perekonomian Jateng. Sejak Desember 2019, member yang sudah tergabung dengan Hetero Space kurang lebih sebanyak 12.286 member (2021) dan 4.370 member (Juni 2022). Hal ini tentunya sangat mendukung visi misi Jateng dalam menekan angka pengangguran dan kemiskinan.
Selain itu, Hetero Space secara kongkret diharapkan mampu dalam mendampingi startup dan UMKM yang sedang bertumbuh, dimana saat ini Hetero Space juga difasilitasi dengan maker space, seperti maker space studio fotografi, food dan wood/kriya, serta ke depan desain produk dan fashion.
BACA JUGA: Momen Idul Adha, Kanwil Jateng Melaksanakan Penyembelihan Hewan Kurban
Lompatan dari Hetero Space yaitu, menggandeng lintas stakeholder dalam berkolaborasi membentuk pentahelix collaboration atau kolaborasi pentahelix, yaitu pemerintah, akademik, bisnis, media dan komunitas.
”Kolaborasi ini memancing semangat berwirausaha di berbagai kalangan, dan menguatkan networking startup dan UMKM di Jateng,” tandasnya.
Ema lalu membeberkan sejumlah program yang dilaksanakan Hetero Space. Pertama, Hetero Business Leap (HBL) dengan 20 kegiatan atau 500 pendaftar. HBL ini merupakan pelatihan UMKM secara offline, yang dilakukan di Solo dan Semarang, dengan fokus keuangan, branding & marketing, inovasi & bisnis, dan legal. Melalui HBL ini, UMKM bisa mendapatkan ilmu langsung dari narasumber, dan bisa mempraktekkannya secara langsung.
BACA JUGA: Swalayan Aneka Jaya Terbakar, 1 Orang Warga Kedungpane Semarang Meninggal Dunia
Kedua, Akademi Balatkop sebanyak 90 kegiatan atau 800 pendaftar. Pelatihan UMKM secara online untuk menjangkau lebih luas penerima manfaat dari pelatihan. Peserta yang mengikuti berasal dari wilayah Jateng. Program ini dilakukan dalam dua bentuk, yaitu webinar dan online course.
Ketiga, Hetero for Startup (HfS) sebanyak 50 kegiatan atau 3.000 pendaftar. Kompetisi wirausaha untuk memberdayakan generasi muda yang memiliki keyakinan dalam menemukan dan mengubah permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat sekitar, menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
”Hetero for Startup sudah berjalan hingga Season 2, dengan menjangkau wirausaha di Indonesia. Untuk Season 3, rencananya akan kami fokuskan pada inkubator bisnis,” tambahnya.
BACA JUGA: Pentingnya Self Care Jaga Mental Health
Keempat, UKM Brand Development sebanyak 20 startup atau 70 mahasiswa. Merupakan sebuah program berkolaborasi dengan ISI Surakarta, untuk membantu startup/UMKM dalam pengembangan branding & packaging. Sedangkan program yang digulirkan pada tahun ini, yaitu Kreasi Surakarta sebanyak 500 UMKM.
Kreasi Surakarta merupakan pelatihan branding, marketing, dan business developing kepada UMKM Solo, khususnya Food & Beverages. Hal ini berangkat saat melihat kendala dalam membuat sebuah terobosan di bidang branding & marketing, karena adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan.
Selain itu, Hetero Screen sebanyak 30 sineas. Bangun ruang karya sineas film muda Jateng dengan umur 17-28 tahun, melalui pelatihan intensif selama satu bulan dengan output film dokumenter, terkait UMKM dan kawasan di Semarang & Solo.
BACA JUGA: Pemkab Kudus Buka Lowongan 200 Perangkat Desa, Catat Tanggal Seleksinya
Di bagian lain, Direktur Keuangan dan Sekretaris Umum Impala Networking, Khaleed H Pranowo menjelaskan, sejarah startup dimulai dari Sillicon Valley, di California (AS), yang berjuluk rumah bagi raksasa teknologi dunia yang melahirkan Google, Apple, Microsoft. Di sana bisnis startup bisa berkembang, karena ada kolaborasi pemerintah, masyarakat, dunia perguruan tinggi, media serta venture capital yang memberikan modal untuk pengembangan.
”Member di tempat kami adalah orang-orang muda usai 20-an hingga 45 tahun. Kultur anak muda sekarang, kerja di kantor dan bersifat nomaden. Mereka adalah para progammer. Kerjanya di mana? ya di co-working. Investasi miliaran rupiah di era sekarang tak butuh gedung megah, cukup dikerjakan tiga orang, dengan sewa tempat kecil,” ujar Khaleed.
Dia mengungkapkan, mimpi besar mayoritas member Hetero Space yang dikelolanya tidak semata-mata terkait finansial. Namun sasaran utamanya adalah, bagaimana mereka bisa mendesain karya yang bermanfaat dan dibutuhkan banyak orang. Tingkat kepuasannya ada di situ.
BACA JUGA: Pj. Bupati Jepara Ajak Wartawan Bermitra dengan Berita Proporsional
Di bagian lain, salah satu penerima manfaat Hetero Space, Stefanie Dian Esti Pratiwi, mengaku nyaman sejak berkantor di sini. Pemegang customer center startup halobelanja.com region Jateng ini, mengaku setelah berkolaborasi dengan Hetero Space, pertumbuhan usahanya merangkak naik, seiring bertambahnya customer.
”Kolaborasi yang kami kerjakan adalah sharing informasi dan konsultasi,” kata wanita yang akrab disapa Eva ini.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Undip, Prof Dr FX Sugiyanto menilai, ide Hetero Space lahir dari kenyataan, bahwa perkembangan teknologi informasi adalah keniscayaan. Maka dari itu, mau tidak mau rancangan ekonomi harus memperhatikan komunitas yang hommy berteknologi.
BACA JUGA: Tanggul Jembatan Sesek di Purwogondo yang Jebol Segera Diperbaiki
”Saya kira, munculnya Hetero Space adalah collaborative working, untuk merespons kebutuhan sesuai perkembangan teknologi dan tuntutan perkembangan usaha di era digital. Ruang kolaborasi ini saya anggap bagus, dan memang dibutuhkan pemikir-pemikir muda yang harus bekerja sama dengan banyak pihak,” jelas Sugiyanto.
Dikatakan dia, Hetero Space memang bukan jalan cepat mengurangi kemiskinan. Namun paling tidak, ini adalah sebuah ‘jalan benar’ yang di kemudian hari bisa menekan angka kemiskinan melalui kesediaan lapangan kerja bagi dirinya sendiri, bagi orang-orang muda.
Sugiyanto mengapresiasi Hetero Space yang bisa menjadi inkubator bisnis, meskipun menurutnya masih berskala kecil. Pasalnya, masih banyak inkubator-inkubator lain yang berkembang dalam bentuk konteks space, tetapi langsung menyasar ke usaha-usaha mikro. Nah di sinilah mengembangkan model-model inkubator baru di Hetero Space dan perlunya Pemprov Jateng hadir sebagai katalisator.
BACA JUGA: Atasi Kekerasan Seksual yang Terus Meningkat Pendidikan Sex Harus Dimulai dari Siswa SD
Dia menambahkan, kalau bicara masa depan, memang tak lepas dari keberadaan orang muda yang bersedia berpikir dan kreatif. Meskipun demikian, Prof Sugiyanto menyarankan, agar critical thinking harus dipunyai anak muda. Artinya, keterampilan mereka juga dilandasi dengan pemikiran yang critical.
”Menguasai teknologi itu penting, tapi lebih penting berperilaku dengan teknologi itu. Karena sesungguhnya, teknologi itu bukan sebuah tujuan. Tapi alat menghubungkan lintas lini kehidupan, termasuk bisnis. Dia mempercepat proses perubahan, bukan tujuan perubahan,” tandasnya.
Tim SB