blank
Bahasa isyarat salah satu yang dibutukan untuk penyandang tunarungu/tunawicara. Foto: dok UNS

SURAKARTA (SUARABARU.ID)– Pusat Studi Difabilitas (PSD) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Pelatihan Relawan Pendamping Disabilitas UNS.

Kegiatan yang diikuti puluhan peserta terdiri dari mahasiswa yang hendak menjadi relawan pendamping mahasiswa disabilitas di UNS dibuka Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. secara luring di Aula Gedung F FKIP UNS, Rabu (2/2)

Menurut Kepala PSD LPPM UNS sekaligus Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI), Prof. Dr. Munawir Yusuf, M.Psi mengatakan, bahwa dalam rangka mewujudkan kampus inklusif diperlukan peran bersama.

Saat ini UNS membutuhkan banyak relawan untuk mendampingi mahasiswa disabilitas di perguruan tinggi setempat. Kebijakan Rektor UNS yang memberikan kesempatan bagi calon mahasiswa baru disabilitas melalui jalur khusus, selama tiga tahun terakhir direspons positif oleh masyarakat.

PSD LPPM UNS mengadakan kegiatan Diklat Calon Pendamping Mahasiswa Disabilitas UNS Batch 3. Pada tahun 2022 diikuti dua rombongan belajar yaitu kelas bahasa isyarat dengan 20 peserta dan kelas orientasi mobilitas diikuti 20 mahasiswa.

Pelatihan ini menggunakan pola 90 jam pelajaran dengan metode In-On-In yang dilaksanakan secara luring selama sebelas hari pada 2-15 Februari 2022. Mereka yang lulus program sampai akhir akan diberikan sertifikat yang dapat direkognisi sebagai kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang setara dengan 2 Satuan Kredit Semester (SKS), yaitu 2 SKS untuk kelas bahasa isyarat dan 2 SKS.

“Kami berharap mahasiswa pendamping disabilitas ini dapat dimasukkan sebagai kegiatan asistensi mata kuliah sebagai penghargaan dan apresiasi bagi relawan pendamping mahasiswa,” terang Prof. Munawir.

Dikatakan, saat ini tercatat ada 34 mahasiswa disabilitas angkatan 2019, 2020, dan 2021 yang tersebar di hampir semua fakultas yang ada di UNS. Mereka adalah 11 mahasiswa yang mengalami hambatan penglihatan (tunanetra), 15 mahasiswa yang mengalami hambatan pendengaran (tuli), dan delapan mahasiswa yang mengalami hambatan fisik (tunadaksa).

Bagus Adji