BELAKANGAN istilah threesome menjadi sangat sering didengar. Ya, karena memang di beberapa tempat di Indonesia kedapatan peristiwa yang terkait dengan mapa yang disebut threesome ini.
Apakah threesome itu? Mungkin sebagian orang bertanya-tanya terhadap istilah tersebut. Ada beberapa orang yang kurang paham dengan istilah itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Subdit V/Cyber Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jateng, berhasil mengungkap kasus prostitusi online melalui Twitter, dengan modus threesome, berhubungan seperti suami istri yang dilakukan tiga orang
Baca juga Prostitusi Online Model Three Some di Semarang Dibongkar
Menurut Wikipedia, threesome adalah bentuk aktivitas seksual yang melibatkan tiga orang pada waktu yang bersamaan. Selain itu, threesome juga dapat merujuk kepada cinta segi tiga, sebuah hubungan percintaan tiga jalan.
Tidak beda jauh dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), threesome berarti kelompok/regu tiga orang. Tapi tidak menyebutkan tentang aktivitas seksual.
Dan kasus threesome ini pun sudah terjadi tidak hanya sekali diberitakan. Bahkan pernah diberitakan satu tahun lalu di Jakarta, tentang penangkapan pelaku prostitusi online, yang dilakukan oleh salah satu artis wanita berinisial TS dan selebgram wanita berinisial MA dengan salah satu laki-laki pemesan mereka dengan harga paket Rp 110 juta.
“Pada saat ditangkap, ternyata kedua wanita ini melakukan kegiatan asusila dengan cara perempuannya dua, laki-lakinya satu yang biasa disebut threesome dengan tarif Rp 110 juta,” kata Kombes Sudjarwoko Kapolres Metro Jakarta Utara kala itu, (27/11/2020), seperti dilansir pada laman https://moreschick.pikiran-rakyat.com/.
Parafilia
Masih dalam kutipan itu, menurut seorang pakar seksologi, dr. Made Oka Negara dari Asosiasi Seksologi Indonesia, walau tidak mengategorikan praktik threesome ini sebagai bentuk penyimpangan seksual (parafilia), namun ada beberapa risiko bagi yang menjalaninya.
Risiko yang dimaksud dr Made Oka adalah, mulai dari risiko medis hingga psikososial. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahaya atau risiko bagi pelaku aktivitas seksual dengan istilah threesome ini.
- Risiko terkena infeksi menular seksual
Biasanya pelaku threesome adalah seseorang yang sangat “petualang” di dunia hubungan seksual, yang cukup sering berganti-ganti pasangan atau grup. Akibatnya membuka risiko yang lebih besar untuk dia sudah terkena infeksi menular seksual, seperti herpes, gonorrhea, atau sifilis, sampai HIV.
- Risiko psikologisnya, malah bikin stres
Apabila dihadapkan pada dua pilihan, tentunya lebih condong untuk suka pada salah satunya. Biasanya ada kekhawatiran bahwa itu akan terjadi atau secara sadar bahwa tidak siap untuk lebih diabaikan, berarti Anda belum siap untuk melakukan threesome.
Jujur aja, jika sudah bicara soal hubungan seks yang dicari kenikmatan dan kepuasan ya.
- Risiko terganggu kondisi mental, yang bisa berakibat pada fisik juga
Berbeda jika threesome yang akan dilakukan adalah dari persetujuan atau keinginan berdua. Jika itu merupakan keinginan atau inisiatif salah satu dua orang kalian, akan sangat berisiko, sebab menjelaskan pada pasangan akan memiliki risiko yang sangat besar, baik itu tersinggung maupun penolakan yang berujung konflik.
Menghadapi hal tersebut, tentunya juga akan berisiko menyerang kesehatan mentalmu. Jika kesehatan mentalmu terganggu, itu juga akan berpengaruh ke kondisi fisikmu
Oleh sebab itu, Seksolog tersebut menghimbau, agar jangan sampai aktivitas seksual threesome tersebut, menjadi pilihan pasangan yang ingin mencoba hal baru, sebagai wujud variasi seksual untuk mengatasi kejenuhan seks.
Karena menurut dr Made Oka, semestinya orang berusaha mencari cara lain untuk mengatasi kejenuhan, seperti mengubah penampilan pasangan atau lainnya.
“Tentu saja, sebaiknya yang dipikir pertama bukanlah pasangan kita diganti dengan pasangan yang baru. Tetapi mencoba merubah pasangan kita untuk kembali lebih bergairah, menjadi lebih menarik, menjadi lebih segar, menjadi lebih bersemangat, sehingga romantisme seksual yang selama ini meredup, akan dapat menyala kembali dengan penuh luapan gairah, seperti di awal pertemuan atau malah bisa lebih dari itu” terangnya.
Nah, apakah Anda masih ingin melakukan kegiatan “gila” seperti ini. Lalu apa tujuannya? Mencari sensasi, bosan dengan seks yang biasa, atau barangkali memang ada gangguan jiwa yang disebut parafilia itu?
Absa (dari beberapa sumber)