blank
(Gambar: Ilustrasi)

Menjadi leader bagi diri sendiri (self-leadership) tak ubahnya sebuah proses meningkatkan motivasi diri sendiri berperilaku sesuai skill yang mendukung seluruh kepribadian untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Konsepnya kita tahu kekuatan dan kelemahan diri sendiri untuk bisa mengatur diri sendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Tak mudah memang melakukannya sebab seringkali orang lupa.

Apalagi di zaman modern saat ini, batasan personal sering dilupakan. Sehingga banyak orang yang suka ikut campur urusan orang lain sampai menjurus pada ranah pribadi. Maka dari itu, membangun personal boundaries atau batasan diri merupakan hal yang sangat penting agar tercipta ranah privasi.

Personal boundaries, sebuah istilah yang menggambarkan batasan diri pada orang lain untuk mengatur seberapa dalam seseorang bisa menerima perlakuan orang lain atau menerima ucapan orang lain, dan sebagainya. Dengan kata lain, seberapa jauh kita bisa mentoleransi tindakan orang lain.

Seringkali kita merasa tidak ‘enakan’ dengan orang lain jika kita membangun batasan itu. Padahal dengan membangun batasan, kita akan tahu dan mengenali mana orang lain yang menghargai keputusan dan privasi. Jangan sampai kita terjebak dalam toksik dalam jalinan hubungan pertemanan dan pergaulan.

Adapun tipe personal boundaries yang bisa kita praktekkan antara lain:

  1. Material boundaries

Menentukan batasan materi yang boleh kita berikan atau pinjamkan kepada orang lain, seperti uang, baju, sepatu, kendaraan, dan sebagainya.

  1. Physical boundaries

Dalam ranah fisik, kita berhak menentukan kepada siapa orang boleh menyentuh kita, seperti siapa yang boleh memeluk dan siapa yang tidak.

  1. Mental boundaries

Sebuah ujian mental mengenai hak menyampaikan pikiran atau berpendapat. Kita berhak mempertahankan argumen kita jika memang terbaik untuk diri sendiri.

  1. Emotional boundaries

Kita bisa membedakan antara emosi dan tanggung jawab terhadap orang lain. Ada kalanya kita tak berhak mencampuri urusan orang lain dan terkadang kita juga memberikan nasihat kepada orang lain tanpa diminta.

  1. Spiritual boundaries

Setiap orang memiliki perbedaan keyakinan, dan kita tidak berhak memaksa keyakinan yang dianut orang lain agar berkeyakinan yang sama.

Selain agar tidak terjebak dalam hubungan tidak sehat, ada beberapa alasan mengapa personal boundaries itu penting.

  1. Membentuk identitas diri. Dengan membangun boundaries, kita bisa membentuk identitas diri dan mampu memutuskan secara tepat sesuai jati diri yang kita miliki.
  2. Berani berkata tidak. Sebab kita tau mana yang kita prioritaskan.
  3. Menjaga kesehatan mental. Bak nahkoda, kita menentukan laju kapal kita sendiri dengan tidak membiarkan orang lain mencampuri urusan kita.

Sebagai tahap belajar bagaimana membangun personal boundaries, berikut ini tips yang bisa diterapkan.

  1. Bersikap tegas jika orang lain memaksa untuk masuk ke dalam lingkup pribadi kita.
  2. Hargai diri sendiri dan tetapkan value yang kita punya untuk menghindari komentari buruk dari orang lain.
  3. Berani berkata “tidak,” “cukup,” dan “stop” kepada orang lain yang telah melampaui batas ranah pribadi kita.
  4. Jangan pernah percaya pada penilaian orang lain yang selalu menganggap kita tidak benar. Hal ini sama halnya dengan seseorang yang telah menjelekkan kita kepada orang lain. Sebab indikasi orang yang menjelekkan orang lain kembali pada dirinya sendiri dan sudah pasti menjadi tabiatnya, dan bisa dikatakan toksik yang harus dijauhi.
  5. Jika ada orang lain yang kita rasakan mengganggu hidup kita, sebaiknya lepaskan.
  6. Berani menjelaskan dan mengungkapkan kepada siapapun yang mengganggu batas privasi kita.

Membangun personal boundaries bukan berarti kita menolak saran dan bantuan orang lain, tapi kita membuat sebuah garis jelas kepada orang lain baik itu keluarga, rekan kerja, maupun orang yang baru kita temui mengenai kapan mereka boleh memulai dan berhenti untuk turut campur urusan personal kita.