blank
Ilustrasi penangkapan pencuri pada zaman dahulu. Foto: Dok/.ist

blankKEJADIAN ini langka. Sebuah lembaga pendidikan delapan jendelanya raib. Ikhtiar agar yang hilang itu kembali, warga berdoa bersama.  Setelah itu beberapa malam, warga mengintai di sekitar TKP karena ada informasi, pencurinya akan mengembalikan yang dicuri.

Karena yang ditunggu tidak datang, Mbah Nadi, salah satu warga desa diam-diam ikhtiar melacaknya. Caranya, dia menghubungi mantan pembantunya yang “pensiunan” maling, untuk mencari informasi. Karena yang ditugasi itu mantan senior “pethil- jumput,” dalam waktu singkat sudah ada informasi A1.

Berdasarkan informasi itu,  Mbah Nadi mendatangi desa berjarak 20 km dari lokasi kejadian. Hasil pengintaian menunjukkan adanya titik terang. Yaitu, pelakunya “senior” yang sedang membangun rumah. Langkah awal yang dilakukan mendatangi rumah yang baru dibangun itu.

Yang menyebabkan dia yakin tidak salah sasaran itu ketika secara diam-diam mengukur bakal jendela rumah yang dibangun. Jumlah jendela dan ukurannya sama dengan jendela yang hilang.

Baca juga Kebiasaan, Takdir Kapindho  

Setelah yakin, dia lalu menghubungi perangkat desa setempat. Sayangnya mereka takut berurusan dengan warganya yang diduga mencuri itu, karena barusan ada perangkat desa yang yang digigit telinganya hingga berdarah, karena mencurigai sepak terjangnya.

Mbah Nadi lalu koordinasi dengan warga desanya yang dinas di Polsek setempat. Mereka berdua lalu mendatangi rumah orang yang dicurigai, lalu membawa ke Polsek untuk dimintai keterangan.

Bungkam

Saat di introgasi, dia bersikukuh tidak mengakui. Dalam kebuntuan, Mbah Nadi punya ide. Dia mendatangi istri dari yang diduga pencuri itu, namun istrinya juga bungkam.

Dalam kebuntuan, Mbah Nadi  bersiasat bahwa suami Ibu itu sudah mengakui perbuatannya, namun belum mau menunjukkan barang itu disimpan. Ibu itu terus dibujuk, daripada nanti sekitar rumah digeledah polisi.