blank
Menembak. (Ilustrasi. Foto: ISt

blankUNTUK penulisan buku, saya pernah menemui orang yang mengaku punya jimat antitembak. Setelah jagong sesaat, dia mengajak saya ke  belakang rumah sambil bawa senapan angin tipe 4,5.

Setelah dikokang lalu ditembakkan pa da dinding kayu hingga pelurunya menancap. Berikutnya tembakan diarahkan ke telapak tangannya namun dia tidak luka, padahal peluru yang jatuh dilantai tampak penyok. Dia meyakinkan, siapapun yang berada pada radius lima meter dengan jimatnya, otomatis  kebal.

Setelan bincang-bincang dia janji akan membuat duplikat atau “susuan” jimatnya. Dan khusus untuk saya, gratis. Kalau sama orang lain, kata dia, benda susuan itu ada yang ditukar mobil.

Telepon dari Pembaca

Dalam perjalanan pulang saya coba menganalisis, apakah demo ilmu kebal tembak yang barusan saya saksikan siang tadi itu trik atau murni metafisik? Masih sulit menganalisisnya.

Menjelang tidur malam ada telepon dari negara tetangga. Karena dia hobi memburu benda-benda magis, ajimat itu saya infokan. Sebab kata pemiliknya, azimat itu bisa ditempelkan atau istilahnya “disusui” pada benda lain, dan bisa membuat orang yang pegang duplikatnya itu kebal tembak, dll.

Saking semangatnya dia langsung minta nomor rekening untuk dibuatkan duplikatnya, dan pada hari penyusuan selesai, saya datang lagi. Namun karena tuan rumah ingin hasil maksimal, dia perlu masa penyusuan 40 hari. Saya mulai waswas. Biasanya, orang yang mulai mengulur waktu itu ada niat kurang baik.

Hari ke-40 saya datang dan tuan rumah berkata, “Ini barang jangan langsung dicoba. Perlu istirahat tujuh hari, mencobanya pun jangan langsung pada badan, cukup pada ayam.”

Walau semua prosedur sudah dijalankan, uji coba selalu gagal.

Bocoran Tetangga

Setelah kejadian itu, saya secara diam-diam mencari info tentang orang yang mengaku bisa mengisi jimat anti tembak itu. Saat saya menemui tokoh pemuda desa setempat dia berkata, “Sampeyan kok percaya orang itu.”

Saya juga dapat bocoran dari mantan anak buahnya, yang dia mainkan itu teknik atau trik, namun dia tidak tahu tekniknya. Belakangan malah saya mampu menyadap tekniknya bahkan  dapat melakukannya dengan cara yang lebih canggih.

Setelah gagal yang pertama, saya dapat info ada petani yang tinggalnya di desa sejauh 60 km dari rumah saya. Dia diinfokan punya “Batu Merah Delima” yang jika direndam pada air lalu diminum, bisa membuat kulit dan rambut kebal.

Informasi itu saya sampaikan kenalan dari negeri seberang. Dia langsung terbang ke Indonesia, dan malamnya saya ajak mendatangi yang mengaku punya Mustika Merah Delima.

Saat saya utarakan mau melihat dan menguji keaslian jimat itu, dia menyanggupi. “Gampang mas, sekarang pun bisa, tapi saya minta restu Ibu dulu.” katanya. Namun, hasil musyawarah, barang tidak boleh direndam, karena bertepatan (geblag) atau hari meninggal suaminya.

Dalam perjalanan pulang, kami mulai dihinggapi waswas. Karena berdasarkan pengalaman, orang yang mengulur-ulur waktu dengan berbagai alasan itu selain tidak jujur juga ada niat kurang baik.

blank
Menembak. (Ilustrasi. Foto: ISt

Setara ONH

Kedatangan kami yang kedua diterima tuan rumah lebih ramah. Bahkan Ibu yang disebut pemilik barang itu menjelaskan, Batu Merah Delima ingin  dimaharkan setara ONH.

“Yang penting bisa naik haji,” katanya. Tamu siap memahari, namun dia perlu ke bank, dan berjanji selambatnya dua hari mahar diserahkan, dengan catatan Merah Delima itu terbukti lolos tes.

Pada hari yang ditentukan, ada utusan datang ke hotel minta menunda pertemuan. Spontan, saya datangi dalam kondisi marah. Tuan rumah ketakutan. Alasan mereka menggagalkan transaksi itu karena ada ilham benda itu tidak mau dijual.

Saya lalu tanya dimana barang itu? Mereka pucat, apalagi saya menampakkan jarum dan silet untuk mencicipi kekebalannya. “Maaf pak, barangnya tadi pagi disewa pejabat,” sambil menyebut tokoh yang juga mubalig.

Kejadian itu mengingatkan nasihat sesepuh yang sangat dihormati warga Pati dan sekitarnya saat ada orang tua mengadukan anaknya yang sering memburu benda-benda magis.

Beliau menasihati: “Orang itu kalau sudah terpikat barang begitu (magis), sulit dinasihati, hatinya sudah dikeloni (dipeluk) iblis. Ibarat dia masih punya seekor kambing, itu pun akan dijual dengan keyakinan kambing itu yang menjadi penentu keberhasilannya.”

Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak, Pati