blank
Rektor Unwahas Prof Dr H Mudzakir Ali MA dan Bupati Blora H Arief Rohman SIP MSi, disaksikan Dekan FISIP Unwahas Dr Agus Riyanto SIP MSi dan Wabup Blora Tri Yuli Setyowati ST MM, melakukan penandatanganan kerja sama di Kampus Jalan Menoreh Tengah X/22 Sampangan, Semarang, Selasa (23/11/2021). Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas), melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Blora. Penandatangan dilakukan Rektor Unwahas Prof Dr H Mudzakir Ali MA, dan Bupati Blora H Arief Rohman SIP MSi, disaksikan Dekan FISIP Unwahas Dr Agus Riyanto SIP MSi, dan Wakil Bupati Blora Tri Yuli Setyowati ST MM.

Hadir pula dalam acara itu, para wakil rektor, dekan, wakil dekan, pejabat di lingkungan Pemkab Blora, dan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pelajar Blora (Impara). Sedangkan Ketua Yayasan Wahid Hasyim, Prof Dr H Noor Achmad MA, hadir secara virtual.

Dekan FISIP Unwahas, Dr Agus Riyanto SIP MSi menjelaskan, penandatanganan naskah kerja sama di Kampus Jalan Menoreh Tengah X/22 Sampangan, Semarang ini, untuk pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

BACA JUGA: Pokja Bunda PAUD Kebumen Studi Banding ke KB TK Islam Cahaya Ilmu Semarang

”Banyak mahasiswa Unwahas yang berasal dari Kabupaten Blora. Kami akan mendukung Program Bupati Blora, yang ingin mewujudkan satu desa minimal satu sarjana dan satu hafidz (penghafal Alquran),” kata Agus.

Sedangkan Rektor Unwahas, Prof Dr H Mudzakir Ali MA menyampaikan, kampus perguruan tinggi NU yang berdiri pada 8 Agustus 2000 itu, kini mempunyai semnilan fakultas, dan satu fakultas pascasarjana, 21 program studi (prodi), dengan mahasiswa sebanyak 10 ribu orang.

”Tiap tahun kami menerima sekitar 2.500 mahasiswa baru. Kami mempunyai dua kampus, masing-masing di Jalan Menoreh Tengah, Sampangan dan di Nongkosawit, Gunungpati, dengan lahan yang tersedia 20 hektare lebih,” ungkapnya.

BACA JUGA: LAZ Kabupaten/Kota Harus Dapatkan Izin Kakanwil Kemenag

Menurut Mudzakir, pihaknya melakukan MoU dengan banyak Pemerintah Kabupaten/Kota se-Indonesia, untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman langsung di lapangan.

”Mahasiswa tidak cukup hanya bertemu dengan dosen di kampus. Mereka juga harus mengenal para politisi, pengusaha, pejabat dan berbagai profesi di luar kampus. Dengan begitu, ketika menjadi sarjana mereka siap kerja dan tahu apa yang harus dikerjakan,” tegas Rektor.

Sementara itu, Ketua Yayasan Wahid Hasyim, Prof Dr H Noor Achmad MA dalam pidatonya secara virtual menyebutkan, perguruan tinggi tidak bisa lepas dari persoalan daerah.

BACA JUGA: Usai Tanam Bunga Sebagai Kenangan, Seorang Guru Ditemukan Meninggal Dunia

”Persoalan yang tarjadi di daerah harus diketahui masyarakat kampus, untuk bersama-sama saling membantu mencari solusinya. Kabupaten Blora mempunyai berbagai macam potensi yang bisa dikembangkan. Bersamaan dengan itu muncul berbagai persoalan dan tantangan yang harus dikerjakan bersama,” tegas Noor Achmad, yang juga Ketua Baznas RI itu.

Bupati Blora H Arief Rohman SIP MSi dalam pidato Kuliah Tamu, memotivasi para mahasiswa agar bangga kuliah di Unwahas.

”Dulu saya ditanya, lulusan perguruan tinggi swasta mau jadi apa?. Sekarang sudah terjawab, ada santri yang jadi bupati. Saya lulusan perguruan swasta Universitas Darul Ulum Jombang, bisa jadi bupati,” sebut Arief, dalam diskusi yang dipandu Dr Ali Martin.

BACA JUGA: Pelaksanaan Vaksinasi di Kabupaten Boyolali Tinggal 835.772 Sasaran, Desember Rampung

Dia kemudian mengajak semua pihak termasuk Unwahas dan Baznas RI, untuk bersama-sama membangun Kabupaten Blora. Salah satu persoalan yang ada di Kabupaten Blora adalah, masalah infrastruktur.

”Jalan di Kabupaten Blora banyak yang rusak sangat parah. Data kami menyebutkan, kerusakan jalan mencapai 500 km. Untuk perbaikan infrastruktur jalan kira-kira membutuhkan biaya Rp 1,5 triliun. Makanya kami memberanikan diri mengajukan pinjaman atau utang,” papar Arief.

Kepada para mahasiswa asal Blora, dia mengajak kelak setelah lulus menjadi sarjana, segera kembali ke daerah, untuk membangun tempat asalnya.

Riyan