blank
Handono Hadi, satu dari Hadi bersaudara.

JEPARA (SUARABARU.ID)– Bertempat di Harum Manis Cottages, Desa Bapangan, Kec. Jepara, digelar pameran lukisan karya tiga Maestro Jepara Hadi bersaudara. Waluyo Hadi, Utoyo Hadi dan Handono Hadi. Pameran yang akan digelar 20-27 Februari ini akan diisi beberapa acara diskusi tentang karya Hadi bersaudara, serta pementasan seni dan budaya lainnya.

blank
Sunaryo, Owner gallery sekaligus menantu dari Alm. Waluyo Hadi.

Ditemui oleh suarabaru.id Sunaryo, owner Harum Manis Cottages sekaligus menantu dari Alm. Waluyo Hadi mengatakan, “Acara pameran karya Hadi bersaudara ini merupakan cita-cita bapak sebelum wafat. Beliau ingin karya-karya Hadi bersaudara dipamerkan dalam satu pameran. Selain itu beliau juga bercita-cita untuk menghidupkan kembali Sanggar Matahari yang pernah didirikan pada tahun 1963” ujarnya.

Hadi bersaudara merupakan para seniman Jepara yang mempunyai karya-karya yang luar biasa. Salah satu karya Waluyo Hadi adalah Tugu Kartini yang menjadi ikon kota Jepara. Patung tersebut dibangun pada dasawarsa 70-an. Selain seorang seniman lukis dan patung, Hadi bersaudara juga berkarya dalam bidang sastra dan teater dalam sanggar yang didirikan oleh Waluyo Hadi pada tahun 1963. Sebuah sanggar sebagai wadah para Seniman dengan latar belakang yang berbeda-beda.

blank
“Muara” Karya Waluyo Hadi.

“Sanggar Matahari yang didirikan oleh bapak merupakan sanggar yang dapat menampung semua seniman tanpa memandang latar belakang politiknya, karena kita ketahui tahun 1963 terdapat konflik politik yang berimbas kepada para seniman, baik itu yang berlatar belakang Lekra maupun Lesbumi”. tutur Sunaryo.

blank
Salah satu lukisan Kaligrafi karya Hadi bersaudara.

Iskak Wijaya salah satu panitia penyelenggara mengatakan, “Pameran dengan tema “Tenang Mengalir” adalah sebuah jihad kesenian di Jepara. Kami akan mengadakan diskusi kuratorial yang dipandu kurator Kuss Indarto, pembacaan puisi karya Redjono Hadi, reuni dan reborn Sanggar Matahari, macapat dari Romo Sobri Tejo Sasono, serta diskusi komunitas seni-budaya”. pungkasnya.

Ulil Abshor