WILAYAH perbatasan Pati-Jepara, sebentar lagi musim Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) secara massal. Lazimnya, setiap even Pilkades, selain untuk pendidikan berdemokrasi, ada juga ekses lain, yaitu perjudian dikalangan para botoh.
Dengan kebijakan Pilkades yang dilakukan secara massal dan pada waktu yang bersamaan, ini diharapkan dapat mengurangi ekses lain yang dapat menciderai kemurnian proses demokrasi.
Sesuai nama rubrik ini “Jurnal Metafisika” saya lebih fokus mengulas sisi metafisika seputar masalah Pilkades, dan akan saya mulai dari “membaca” tanda-tanda alam bagi calon yang (biasanya) nanti akan mengalami kekalahan.
Berdasarkan ilmu titen atau kebiasaan yang direkam dalam ingatan para sesepuh, calon gagal itu ditandai: Saat tidur bermimpi buruk, hanyut di sungai keruh dan berarus deras, mencoba menepi atau melawan arus namun kepayahan, mendaki tebing dan tanah yang dipijak selalu longsor.
Atau mimpi bertemu kawanan anjing gila, dililit atau digigit ular dan berbagai jenis hewan yang menjijikkan dan yang membahayakan. Dan efek dari mimpi itu menyebabkan saat bangun, tubuh terasa kelelahan, pikiran gelisah, uring-uringan dan sulit konsentrasi.
Impian lain yang juga mengindikasikan sinyal kurang baik, diantaranya mimpi diserang ular, anjing dan ulat gatal. Fenomena mimpi buruk macam ini efek dari sisa-sisa pikiran menjelang tidur, dan itu berdampak pada kemampuan fokusnya sehingga dia sulit dalam mengambil keputusan.
Akibat kurang konsentrasi, berdampak kehilangnya kewaspadaan, hingga saat memegang benda pun rawan jatuh. Karena itu, dalam kepercayaan lama, calon atau keluarga dekatnya saat membawa gelas kemudian jatuh dan pecah itu diyakini pertanda kurang baik.
Apalagi jika gelas itu terjatuh dan pecah disaat banyak tamu? Itu diyakini “lampu kuning”. Kejadian itu sebenarnya efek dari vibrasi negatif dari pribadi calon itu sendiri, termasuk lingkungan (tamu-tamu) yang kurang mendukung.
Tanda lain yang kurang baik, rumah calon sering dimasuki hewan yang biasa tinggal di tempat kotor: kecoa, ular, ulat. Hewan punya kemampuan mendeteksi sinyal positif atau negatif. Misalnya, menjelang tsunami kawanan gajah sudah berlarian ke gunung, saat gunung akan meletus, kawanan kijang dan hewan lain pada turun gunung.
Tanda alam dari calon gagal, dapat dilihat cara bernafasnya cenderung dengan nafas dada, pendek dan tersendat, sedangkan calon bakal jadi cenderung bernafas dengan perut dengan tarikan dan hembusan nafas lebih panjang dan lembut. Ini berkaitan gelombang alfa – theta efek dari suasana batin rileks.
Impian calon juga dapat ditafsiri. Termasuk tanda yang baik, jika calon itu mimpi melihat sungai dengan air yang jernih, melimpah dan ikan-ikannya tampak ceria. Air mengartikan ilmu dan obat, kejernihan hati, sedangkan ikan berkaitan rezeki.
Sebaliknya, calon kades gagal biasanya mimpinya kurang baik, misalnya, memakai baju yang tidak sesuai jenis kelaminnya, melihat pohon tumbang, terseret banjir air bah (keruh), dikejar anjing galak, dililit ular, itu pertanda sebentar lagi akan diburu debt collector, dsb.
Adu Strategi
Walaupun faktor keberuntungan itu ada, faktor teknik dan strategi bisa menentukan kemenangan dalam Pilkades. Salah satu cara yang pernah dilakukan timses, ada yang cukup bermodal lima kain sarung dan kemampuan diplomasi.
Caranya, malam jelang hari H, lima tim bayangan keliling desa membawa sarung yang masih terbungkus. Setiap ketemu warga yang diperkirakan pendukung lawan, mereka berlagak tanya: “Sampeyan sudah dapat jatah sarung dari calon yang kaya itu?
Orang mengira ada pembagian sarung, namun karena mereka tidak kebagian, lalu merasa tidak dihargai sehingga mereka pindah ke calon lain. Intinya, kita perlu itu tahu politik, agar tidak mudah menjadi korban politik.
Ada juga trik memasukkan tim ke kubu lawan. Menjelang hari H, para pendukung diajak ziarah ke makam keramat dengan beberapa bus. Dalihnya mendoakan agar calonnya menang. Cara ini dilakukan bersekongkol dengan sopir bus agar saat perjalanan pulang, busnya dibobrokkan pada lokasi yang sepi. Teknik mengurangi suara kubu lawan ini cukup efektif.
Cara-cara memenangkan calon Kepala desa ini perlu diketahui, agar kita mampu mengendus jika ada pihak yang memanfaatkannya. Ibarat belajar ilmu “maling” bukan untuk menjadi maling, namun agar mampu mengendus trik maling.
Sumpah Pilkades
Dulu ada tetangga desa yang kedua familinya nyalon kepala desa. Keduanya bukan hanya menyuruh dia dan keluarga nyoblos gambarnya, melainkan disumpah dan diminumi air sendang keramat. Katanya, jika nanti tidak nyoblos, bisa kualat.
Namun upaya provokasi itu gagal karena ada orang cerdas yang memberi solusi, agar saat masuk TPS bawa jarum pentul kecil. Gambar calon yang akan dipilih ditusuk dengan paku yang disiapkan panitia, dan calon yang tidak seharusnya dipilih, ditusuk jarum pentul saja.
Bekas tusukan jarum kecil itu tidak merusak kertas suara, karena bekasnya tidak kelihatan. Ini jurus diplomasi metafisika ala “Tarekat Abu Nawas” agar terbebas dari sumpah dan bayang-bayang kualat.
Dengan cara itu, bisa terbebas dari kualat, karena gambar yang dipesan oleh timses juga sudah ditusuk (dengan jarum kecil) dengan tanpa tanpa mengorbankan pilihan yang sesuai hati nurani. Intinya, menghadapi politik, pakai jurus politik juga.
Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati