Lebih dari itu hal ini sekurangnya mampu menjadi motivasi belajar untuk meraih pendidikan tinggi tanpa menindih kedesaannya sesungguhnya. Presiden, Gubernur, Politisi dan beberapa Menteri sudah memberi teladan untuk belanja masalah di desa-desa, sarasehan dengan masyarakat desa, ngopi bareng rakyat desa, dan seterusnya.
Kini, kampus mesti menjadi motor perubahan, sekurangnya mampu memimpin orkestra Kedesaan dalam keragaman, “Tengoklah dirigen, pasti mulai kerjanya dengan partitur komposisi di tangan, di kepala, dan di hatinya. Tak penting apakah komposisi itu digubahnya sendiri atau warisan dari komposer maestro, atau kombinasi keduanya.
Pemimpin orkestra memeriksa semua lini untuk meyakinkan bahwa semua ready. Akhirnya kampus betul-betul akan mengakar kuat dan menjulang tinggi, lebih dekat menjadi dwitunggal (bukan dwi tanggal) dengan rakyat, sedekat jantung kita membawa desa merdeka membalik kemiskinan desa.
Marjono, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah