blank
Ilustrasi Don Kisot dan topi sarjana. Reka: wied SB.ID

Oleh Marjonoblank

SARIJAN (31) telah mewakafkan hidupnya selama delapan semester di bangku kuliah dan bersyukur ijazah sarjana di genggamannya.

Setelah lulus pendidikan S1, ia tidak berpangku tangan, bermula menjadi koresponden media lokal, pernah menjalani pengecer buku atlas dunia, menyantuni dirinya menjadi pengamplas meubel, ia juga telah menekuni profesi sales rokok, penulis lepas hingga merelakan masa mudanya mendampingi desa miskin di negeri ini. Kini Sarijan mendedikasikan dirinya sebagai pelayan masyarakat.

Dia beruntung, karena BPS (Badan Pusat Statistik) tak pernah mencatatnya sebagai penyokong angka pengangguran di negeri ini. BPS pada Agustus 2023 mendaraskan angka TPT (tingkat pengangguran terbuka) sebesar 5,32% atau turun 0,54% poin dibandingkan dengan Agustus 2022.

TPT merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. TPT hasil Sakernas Agustus 2023 sebesar 5,32%. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar lima orang penganggur.

Hingga Februari 2024, BPS masih membukukan 7,2 juta pengangguran di Indonesia. Menurut pendidikan tertingginya, TPT paling besar di Indonesia berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sebanyak 9,31%, sedangkan penduduk yang paling banyak bekerja adalah lulusan SD ke bawah,

Ijazah Tak Cukup

Ditjen Dikti Kemendikbudristek mencatat, pada tahun 2020 ada 4.593 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 2022, perguruan tinggi di Indonesia menghasilkan 1,5 juta lulusan sarjana maupun diploma setiap tahun. Sementara lapangan kerja yang tersedia, hanya berkisar 300 ribuan tiap tahun.