Ilustrasi Pilpres. Foto: Dok/Istock

Minimnya Isu Lingkungan Hidup

Proses pemilihan presiden dan wakil presiden untuk periode 2024-2029 berasa berbeda dengan sebelumnya yang hanya mengusulkan 2 orang capres cawapres.

Masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya, tentunya pemberi suara yang mayoritas pemilih muda lebih banyak akan dipengaruhi oleh program kerja dan janji politik calon pemimpinnya.

Fenomena pemilih saat ini agak berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya karena komposisi pemilih dengan prosentasi tertinggi dari kalangan generasi muda (milenial dan genZ) yang mencapai lebih dari 51%. Dengan demikian daya nalar yang kritis dan rasional akan diharapkan muncul dan berkembang dari kelompok ini, walaupun kelompok lain termasuk generasi “baby boomer” juga dapat berpengaruh dan berkontribusi dalam memajukan bangsa ini.

Harus diakui bahwa hingga kini program yang memadai tentang lingkungan hidup dari setiap pasang capres dan cawapres belum nampak benar terencana dan aksi nyata yang akan dilakukan dikemudian hari. Kalaupun ada, mungkin belum terkomunikasikan dengan baik, padahal masa kampanye sudah dimuali 28 November 2023.

Banyak berita tentang capres-cawapres lebih ke info seremonial dari pada inti pokok yang akan dilakukan untuk membawa negeri ini 5 tahun kedepan seperti apa program dan aksi nyata yang akan dilakukan seandainya capres-cawapres terpilih.

Isu melanjutkan pembangunan di satu sisi, dan menstop atau mengalihkan kebijakan yang sekarang dilakukan pemerintah hingga Oktober 2024 juga terdengar nyaring diantara para calon presiden. Sejalan dengan itu tidak kalah menariknya, capres yang lain mengkritisi kebijakan pemerintahan yang sekarang dengan alasan ingin lebih baik lagi dalam hal mempercepat dan meningkatkan kualitas pembangunan.

Tentunya hal yang wajar ketika orang bicara dan menawarkan jagoannya kepada para calon pemilih. Kata orang bijak tidak ada “kecap” nomor dua, tetapi pasti semua kecap bernomor satu.

Dari sekian banyak isu yang beredar tentunya masalah ekonomi menjadi topik yang sangat biasa dan banyak dibahas dan dieksplorasi. Argumentasi bahwa masalah global ekonomi dunia yang belum pulih benar atau dengan istilah mereka belum baik-baik saja ada pesan yang kerap kali didengung-dengungkan sembari terkesan inilah tim kami yang akan mumpuni dalam masalah ini.

Sejalan dengan itu, isu yang tidak kalah menarik adalah masalah pengangguran dan jumlah tenaga kerja yang belum terserap dengan baik, meskipun mereka-mereka yang relatif berpendidikan tinggi ataupun pendidikan menengah kebawah.

Walaupun diakui bahwa banyak tenaga kerja yang belum dapat pekerjaan dari kelompok sarjana akan lebih berisiko tinggi karena secara nalar atau pengetahuan kelompok tenaga kerja ini tidak mudah untuk dibohongi atau ingkari tetapi mestinya akan lebih mudah diajak berdiskusi mencari solusi ketika jalan buntu dalam perundingan terjadi. Tentunya hal tersebut jika tidak disusupi atau ditunggangi pihal-pihak lain yang tidak menginginkan kondisi tenang dan kondusif di negeri ini.

Padahal isu-isu global tentang energi baru terbarukan, energi fosil dan pemasalahan global dengan bukti-bukti terjadinya cuaca ekstrem telah dan sedang terjadi di tengah masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Inilah isu lingkungan hidup yang sangat serius harus ditanggapi dan diatasi oleh semua lapisan masyarakat terutama para capres – cawapres yang sedang berlaga di pemilihan umum 2024.