Ilustrasi Pilpres. Foto: Dok/Istock

Oleh: Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.

ISU lingkungan hidup di Pilpres 2024 tidak menarik bagi kalangan politisi, apalagi pengusaha karena tidak banyak menghasilkan uang tetapi justru menimbulkan banyak polemik di masyarakat.

Dan itu terjadi di negara-negara yang kualitas lingkungan hidupnya belum baik seperti di negara-negara berkembang. Sebaliknya di negara-negara maju, masalah lingkungan hidup menjadi bahan kampanye yang sangat efektif dan menjanjikan, bahkan dapat menjadi kunci pamungkas apakah suatu partai berpotensi menang karena program aksi lingkungan hidup yang sangat memadai.

Contoh nyata di tetangga kita Australia memberikan gambaran betapa pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan agar tetap lestari adalah bagian strategi yang dilakukan pemerintah federal dalam membentuk pemerintahan baru.

Bahkan partai hijau atau Green Party dengan jumlah wakilnya di senat yang tidak banyak akan sangat menentukan pemerintahan baru apakah akan terbentuk atau tidak. Hal tersebut terjadi lantaran partai besar pemenang pemilu mempunyai prosentase yang tidak mencapai 51%, sehingga harus merangkul partai lain untuk membentuk pemerintahannya.

Disinilah peran partai kecil yang berplatform lingkungan hidup ikut menentukan terbentuknya pemerintahan baru. Hal tersebut terjadi karena di Australia hanya ada dua partai besar yang silih berganti memimpin negeri Kanguru yang berpenduduk 26 jutaan ini.

Salah satu pertimbangan yang dapat memperkuat posisi pemerintahan baru adalah masalah isu lingkungan hidup. Isu ini dikancah perpolitikan di tanah air kurang seksi dibandingkan dengan isu KKN atau politik dinasti.

Dengan demikian maka masalah lingkungan hidup belum menjadi isu atau permasalahan yang penting bagi kebanyakan orang di tanah air. Padahal dampak yang nyata dan menerpa banyak negara termasuk Indonesia seperti kekeringan dan kemarau berkepanjangan serta suhu udara yang cukup tinggi yang diyakini sebagai hasil dari pemanasan global yang akhirnya merembet ke tertundanya masa tanam padi dan atau pangan lainnya.

Keadaaan sekarang adalah bukti nyata, bagaimana masalah lingkungan hidup telah menyumbang secara signifikan akan timbulnya kelangkaan air di beberapa belahan dunia, termasuk beberapa propinsi di wilayah Indonesia.

Hal di atas membawa konsekuensi kepada kebijakan pemerintah utamanya dengan ketahanan pangan nasional, sehingga bantuan langsung kepada masyarakat yang terkelompokan penduduk pra sejahtera harus dianggarkan hingga lebih dari 6 bulan setelah tahun baru 2024.

Dampak pengabaian akan lingkungan hidup sungguh nyata kita rasakan, walaupun sebagian besar masyarakat belum sepenuhnya paham akan konsekuensi yang dapat kita alami. Beberapa fenomena yang sekarang telah terjadi dan kita alami adalah bukti nyata bahwa bagaimana udara panas dan tertundanya musim hujan sebagai akibat pemanasan global yang terjadi di dunia sekarang ini.