Suasana ketika dilakukan pembelajaran pada anak jalanan. Foto: hm

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemerintah daerah dengan segala upayanya, telah melakukan pemberdayaan anak jalanan. Namun besarnya jumlah dan persebarannya yang luas, mengakibatkan daya jangkaunya terbatas. Anak-anak jalanan berada dalam lingkaran kemiskinan, dan belum banyak yang tersentuh.

Demikian yang disampaikan Dosen Untag Semarang, Dr Indra Kertati MSi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (25/9/2022). Disebutkannya, jumlah anak jalanan Kota Semarang pada 2015 ada sebanyak 55 anak. Lalu pada 2016 menjadi 192 anak, dan meningkat drastis pada 2019 berjumlah 383 anak.

Ditambahkan dia, Kementerian Riset Teknologi Pendidikan dan Kebudayaan melalui Proram Pemberdayaan Masyarakat, melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kesenjangan ini. Meskipun belum sepenuhnya dapat mencakup seluruh anak jalanan, namun upaya ini telah mewarnai pemberdayaan mereka.

BACA JUGA: 163 Siswa Ikuti Lomba Plasmic 2022 di SMP Muhammadiyah PK Kota Barat

Untag Semarang penerima hibah dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi bersama mitra Yayasan Anantaka, sebenarnya telah menguatkan sebuah proses pembelajaran bagi anak-anak.

Namun muncul masalah, antara lain keterbatasan dana dan kurangnya jumlah pendamping. Sementara anak jalanan tidak mampu meningkatkan kualitas belajarnya, karena harus berbagi waktu antara belajar, bermain dan bekerja.

”Sebagian dari mereka mengemis, berdagang, atau membantu orang tua bekerja. Tidak heran, jika prestasi belajar rendah, dan kualitas pembelajaran tidak optimal karena fasilitas yang dimiliki terbatas,” kata Indra Kertati.

BACA JUGA: Lomba MAPSI-SD Tingkat Kabupaten Blora, Motivasi Anak Didik untuk Berprestasi

Ditambahkan dia, pengabdian masyarakat yang dilakukan Untag Semarang bersama mitra Yayasan Anantaka, telah menguatkan proses pembelajaran anak-anak.

Beberapa model yang dikembangkan dalam pendampingan ini adalah, memotivasi, mengembalikan pola pikir bahwa jalanan bukan tempat yang cocok untuk anak-anak, dan menguatkan kapasitas keluarga.

Selain pendampingan, yang juga dilakukan adalah pendekatan partisipatif, yang mendorong para pihak untuk bersama-sama menguatkan anak-anak.

BACA JUGA: Pascasarjana USM Lepas 100 Wisudawan

Dalam kesempatan itu, anak diberi pulsa, agar dapat menjangkau pembelajaran di luar jam sekolah, dan mengeskplorasi bacaan online yang menggugah perkembangan. Buku-buku yang berkaitan dengan mata pelajaran, dan buku-buku cerita juga dibagikan kepada 15 anak di wilayah Wonosari.

Menurut Indra, selaku pengelola Program Hibah, anak-anak jalanan akan terus didampingi, agar makin berdaya dan mampu meningkatkan kapasitas diri dengan prestasi sekolah yang membanggakan.

Sementara itu, Tsaniatus Shalihah, Direktur Yayasan Anantaka mengungkapkan, pendampingan dengan kolaborasi pendidikan tinggi, akan memperluas jangkauan dan mempercepat keberdayaan mereka. Diharapkannya, anak-anak akan makin percaya diri, bahwa ‘doyan sinau’ akan memacu prestasi.

Humaini