blank
Mutiara Apriliyani

KULIAH menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang adalah sebuah mimpi yang tidak pernah terbayangkan sama sekali oleh Mutiara Apriliyani.

Pasalnya, gadis kelahiran Pemalang, 3 April 2002 tersebut sejak duduk di jenjang SLTA berkeinginan melanjutkan studi di bidang eksakta.

Namun impiannya tak kunjung terealisasi, mengingat perjuangannya mengikuti tes seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) berkali-kali gagal.

Tak sampai di situ, mahasiswa semester 5 itu mencoba keberuntungan lain dengan mendaftarkan diri ke sekolah Kedinasan pun masih mendapati hasil yang sama. Hingga suatu waktu, katanya, dia memutuskan untuk mencoba seleksi PTN dan sekolah Kedinasan tahun berikutnya.
”Memang saya dulu menekuni bidang eksakta dan punya harapan bisa jadi guru di bidang tersebut. Namun memang perjuangan saya ini belum seberapa dari apa yang sudah orang tua berikan ke saya selama ini. Apa pun yang sudah menjadi takdir saya, pasti akan mecari jalannya untuk menemukan saya,” ujarnya.

Tidak berselang lama dari dirinya memutuskan untuk mempersiapkan seleksi tahun depan, dia mendapatkan kabar dari ayahnya untuk segera mendaftar kuliah pada program studi Ilmu Hukum dengan alasan ayahnya ingin salah seorang anaknya bisa menjadi seorang penegak hukum.

“Waktu itu memang saya kaget, mungkin ini merupakan salah satu amanah dari ayah untuk saya kuliah pada prodi Ilmu Hukum di USM. Cukup heran, mengingat kondisi ekonomi saat pandemi sedang tidak stabil,” ungkapnya.

Di lain sisi, dia mencari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di wilayah Jawa Tengah yang masih membuka pendaftaran dan USM adalah satu PTS yang masih membuka pendaftaran. Tanpa berpikir lama, dia mencari informasi terkait pendaftaran mahasiswa baru pada prodi Ilmu Hukum dan mendapati informasi bahwa USM membuka beberapa jalur beasiswa.

”Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk mendaftarkan diri melalui seleksi beasiswa di USM. Syukur alhamdulillah, dengan dukungan dan doa dari keluarga, saya bisa lolos beasiswa KIP Kuliah,” ujarnya.

Mutiara menjalani proses perkuliahan hingga semester 5 ini memang tidak mudah, mengingat perkuliahan di semester sebelumnya online yang membuat dia belajar lebih keras lagi untuk memahami materi perkuliahan. Untuk mengasah soft skill-nya, dia aktif di organisasi kampus.

“Bagi saya kuliah itu nomor satu, kalau organisasi memang engga ada nomornya tapi top priority,” ungkapnya.

Menurutnya, menekuni bidang noneksakta (Ilmu Hukum) yang tidak pernah terbayangkan sama sekali olehnya. Keaktifannya dalam berorganisasi, mengantarkannya menjadi juara 1 Lomba Debat Piala Bergilir Prof Muladi bersama timnya. Selain itu juga masuk dalam tim delegasi Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) mewakili USM, sebagai juara Harapan 3 LKTI tingkat Kota Semarang.

”Saya di organisasi dipercaya sebagai Gubernur BEM FH USM 2022. Kegiatan lain adalah ikut membantu dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan dosen,” ungkapnya.

Mutiara membuktikan sendiri, terkadang seseorang tertimpa takdir yang menyakitkan.

Di saat seperti itu dia tidak bersabar, merasa sedih dan mengira bahwa takdir tersebut adalah sebuah pukulan yang akan memusnahkan setiap harapan hidup dan cita-citanya.

Akan tetapi, sering kali dia melihat di balik keputusasaannya, ternyata Allah memberikan kebaikan kepadanya dari arah yang tidak pernah ia sangka-sangka.

”Saya teringat dalam QS Al Baqarah: 216 dikatakan kurang lebih bunyinya,’bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” tandsnnya.

Muhaimin