blank
Rosalia Aisyiah Rahmawati. Foto: ist

MAGELANG(SUARABARU.ID)-Rosalia Aisyiah Rahmawati, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar menjadi wisudawan terbaik pada Wisuda Sarjana dan Ahli Madya ke-60 yang diselenggarakan di Gedung Kuliah Umum (GKU) dr H Suparsono, beberapa hari lalu.

Mahasiswa angkatan 2018 itu meraih IPK 3,93 dengan lama tiga tahun enam bulan satu hari.

“Alhamdulillah bisa menjadi wisudawan terbaik di wisuda ini. Prestasi ini saya persembahkan untuk orang tua saya yang senantiasa mendukung dan mendoakan anaknya,” kata Rosalia.

Rosalia yang lahir di Magelang, 15 Oktober 2000, merupakan mahasiswa penerima Bidikmisi, yaitu bantuan pendidikan bagi lulusan sekolah menengah atas (SMA) sederajat yang memiliki potensi akademik baik, tetapi memiliki keterbatasan ekonomi. Saat ini Bidikmisi lebih dikenal dengan istilah Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah).

“Dulu setelah lulus SMK tidak ada niat untuk kuliah. Inginnya langsung bekerja saja, karena tujuannya mendaftar SMK juga agar bisa langsung kerja. Setelah Ibu saya meninggal, saya tidak tega jika harus meminta uang kepada bapak untuk kuliah. Bapak bekerja di fotokopi dekat Untidar dan saya masih mempunyai seorang adik,” tuturnya.

Setelah lulus dari SMK N 2 Magelang, Rosalia sempet bekerja selama satu setengah bulan di sebuah Departemen Store di Magelang. Mendapat informasi dari temannya, bahwa ada Bidikmisi yang bisa membantu dana perkuliahannya, Rosalia akhirnya ikut mendaftar ke Untidar lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

“Namun sebelumnya saya minta izin dari bapak karena pada dasarnya saya lebih ingin bekerja. Alhamdulillah saya diterima,” tambahnya.

Putri kedua dari pasangan Wahyudi Mardiono dan alm Musodiqoh itu selain mengisi kegiatannya dengan kuliah dan organisasi kampus, juga menyempatkan diri untuk mengajar mengaji di TPQ dekat rumahnya.

“Dahulu saya sempat ikut mengajar mengaji di Rofiqul a’la Secang yang sekarang sudah ada pondok pesantrennya. Sekarang saya masih mengajar mengaji di Taman Baca Quran mulai setelah magrib,” imbuhnya.

Guru

Rosalia semula memilih masuk Untidar karena merupakan kampus negeri dan lokasinya dekat dengan rumahnya. Menurutnya, Untidar dari tahun ke tahun ada peningkatan dan melihat kualitasnya semakin bisa bersaing dengan kampus-kampus negeri yang sudah lama.

Alasan dia memilih PBSI salah satunya karena nilai Bahasa Indonesia saat ujian nasional (UN) 96 menurutnya lumayan tinggi, sehingga mantap memilih prodi itu. Selain itu dukungan dan keinginan dari bapaknya yang menginginkan anaknya berkecimpung di dunia pendidikan, yakni menjadi guru atau dosen.

“Saya mantap memilih prodi ini, saya percaya ketika orang tua rido, Allah juga pasti akan rido. Dengan begitu, langkah dalam belajar dan menempuh pendidikan juga pasti akan dimudahkan oleh Allah. Semoga bisa tercapai menjadi guru atau bahkan dosen,” harapnya.

Rosalia membagikan beberapa tips dan triknya selama kuliah, yaitu belajar rutin dan melawan rasa malas.
“Tips dari saya adalah ketika belajar harus memiliki niat yang kuat. Memang rasa malas adalah penyakit, tetapi memang harus dipaksa supaya dapat terbiasa. Dalam menjadwalkan waktu belajar, kalau saya waktu yang baik untuk belajar adalah sebelum subuh, kemudian jam delapan atau jam sembilan sudah mulai belajar. Ini untuk belajar hal-hal yang baru, jika tugas dari dosen biasanya langsung saya kerjakan hari itu juga karena takut jika lupa atau tertumpuk pekerjaan yang lain seperti organisasi,” tuturnya.

Kecuali itu, perlu menentukan target yang jelas. Misalnya dalam mengerjakan suatu materi dia menargetkan dapat dikerjakan. Misalnya satu jam harus selesai atau berapa jam selesai. “Rutin dan kontinyu menentukan jam belajar,” katanya.

Eko Priyono