blank
Prof. Dr. Gunarto, S.H., M.Hum., senin esok 31 Januari 2022 akan dilantik menjadi Rektor Unissula. Foto: Ist

UNIVERSITAS Islam Sultan Agung Semarang punya rektor baru. Pelantikan akan dilaksanakan Senin, 31 Januari 2022. Ya, Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., M.Hum., terpilih sebagai Rektor Unissula untuk masa bakti 2022-2027.

Siapakah Prof Gunarto? Dia lahir di Desa Bogares Lor, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Sebuah wilayah yang di sana berdiri pabrik gula Pangkah, dan sebagian besar masyarakatnya adalah petani.

Dia delapan bersaudara, dari ayah H. Suwarno dan ibu Hj. Siti Asipah. Ayahnya adalah staf pegawai di Pabrik Gula Pangkah. Sedangkan sang ibu sebagai pedagang yang berjualan di pasar.

Tetapi selain sebagai pegawai pabrik gula, sang ayah di tempat tinggalnya dikenal sebagai kiai, yang menjadi guru ngaji di musala. “Kami hidup dalam tradisi Nahdlatul Ulama, Bapak kiai kampung bersama santri ngaji di musala. Saat kami khatam Alquran, disembelihkan kambing lalu makan bareng,” kenang Prof Gunarto.

Lahir di Tegal 5 Maret 1962. Pada umumnya, anak-anak di Desa Bogares Lor, belajar di pondok. Tetapi beda dengan keluarga Gunarto kecil.

“Kami sekolah di SD Negeri, kami ingin terus sekolah dan kuliah. Saya waktu itu berpikir bahwa orang sukses itu di luar MI. Kalau soal ngaji sudah lancar, sudah khatam Quran,” kenangnya.

Sekolah Tanpa Sepatu

Tahun 60-an sampai 70-an awal, jangan bayangkan desa sudah seperti sekarang. Prof Gunarto menuturkan, dulu sering nonton televisi Bersama teman-temannya di kelurahan, karena yang ada cuma di tempat itu.

“Apalagi kalau ada tinju yang main Muhammad Ali. Kami ramai-ramai nonton,” kenangnya.

Dan, yang paling diingat, waktu SD dia sekolah tidak pernah pakai sepatu. Dia dan teman-temannya cekeran berangkat ke sekolah.

Selepas SD Negeri di Bogares Lor, dia meneruskan sekolah ke SMP Negeri Pangkah. SMP Negeri Pangkah, di kecamatan, adalah satu-satunya SMP yang ada saat itu. “Setelah masuk SMP ini kami mulai pakai sepatu ke sekolah,” tuturnya.

Di SMP inilah dia mulai berpikir bahwa seseorang harus punya prestasi. Maka kemudian dia belajar karate dengan masuk INKAI. “Sekolah itu harus pinter di bidang akademik, tetapi juga punya prestasi lain. Saya memilih olahraga karate,” katanya.

Sekolah di SMP lancar, dan selepas SMP melanjutkan ke SMA Negeri di Slawi. Tidak ada masalah untuk masuk SMA waktu itu, karena dia punya prestasi di bidang olahraga, khususnya karate. Maka, resmilah jadi murid SMA Negeri.