blank
Pesepak Takraw Jateng (coklat), saat berusaha mem-blok sepakan tim Gorontalo, di final nomor Double Event. Di laga ini, Jateng harus puas meraih perak. Foto: dok/ist

JAYAPURA (SUARABARU.ID)- Tim Sepak Takraw Putra Jawa tengah, kembali gagal melewati adangan Tim Gorontalo untuk merebut medali emas, saat digelar partai final nomor Double Event.

Beberapa hari sebelumnya, Jateng juga gagal menghentikan laju pesaing beratnya ini, saat dilaksanakan final nomor Beregu di tempat yang sama, GOR Trikora Universitas Cendrawasih, Jayapura, Kamis (7/10/2021).

Hasil itu membuat Jateng harus puas meraih perak. Secara keseluruhan, sepak takraw Jateng di PON XX/Papua membawa pulang satu medali emas dari nomor beregu putri, dua perak dari beregu dan double event putra.

BACA JUGA: Manajer Tim Senam Jateng Masih Berharap Medali di Nomor Serba Alat

Dalam laga final double event yang berakhir dengan skor 22-24, 21-17 dan 14-21 itu, Jateng menurunkan duet Yudi Purnomo dan Mandeg Suharno dengan cadangan Rohman H. Sedangkan Gorontalo memainkan atlet Nasionalnya, Abdul Halim dan Jelki Ladada.

Manajer Tim Sepak Takraw Jateng, Mustakim menyatakan, timnya kurang beruntung saat tampil di final. Meski permainan lawan sudah dipelajari saat jumpa di nomor Beregu, namun kualitas pemain-pemain Gorontalo memang selapis tipis lebih baik dari timnya.

Mengusung target dua medali emas di ajang empat tahunan ini, cabor Sepak Takraw akhirnya hanya mampu memenuhi satu keping emas saja, melalui nomor Beregu Putri.

BACA JUGA: Kunjungi Jateng, Wapres Tinjau Vaksinasi Hingga Proses Penanganan Kemiskinan Ektrem di Jateng

”Kami tak bisa memenuhi target dua medali emas. Atas nama kontingen sepak takraw, saya minta maaf. Pemain sudah all out, tapi Gorontalo lebih baik dalam permainan. Mereka bagus dalam serangan dan bertahan,” kata Mustakim, yang juga Ketua Harian PSTI Jateng itu.

Di bagian lain, Pelatih Bambang Edy mengakui, dua pemain Gorontalo memang dikenal ulet dalam permainan. Dia menilai, pemainnya sudah tampil maksimal. Namun pada angka-angka kritis, tak bisa memanfaatkan momentum.

”Ketika unggul 20-16, sebetulnya secara normal seharusnya menang. Tapi inilah permainan. Lihat, tim beregu putri kita sepanjang set kan selalu tertinggal, tapi akhirnya dapat emas. Di double event putra, kita terus unggul angka, tapi di akhir kalah. Kalau boleh menganalisis, kami tak bisa memanafaatkan momentum saat unggul angka,” ujar mantan pelatih Timnas SEA Games 2011 itu.

Riyan