blank
Kegiatan Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Dasar dan Menengah Provinsi Jawa Tengah, di Hotel Lor In, Solo, pada Senin-Kamis (13—16/9/2021), diikuti sebanyak 140 peserta. Foto: dok/ist

SOLO (SUARABARU.ID)– Sebanyak 140 peserta mengikuti Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Dasar dan Menengah Provinsi Jawa Tengah, yang digelar di Hotel Lor In, Solo, pada Senin-Kamis (13—16/9/2021).

Kegiatan yang diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Jateng itu, dibagi dalam empat kelas. Yakni dua kelas guru SD dan dua kelas guru SMP. Peserta terdiri dari guru bahasa Jawa SMP dan guru pemandu muatan lokal sekolah dasar, dari Kabupaten/Kota yang ada di Jateng.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jateng, Dr Ganjar Harimansyah mengatakan, upaya pelestarian bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, memerlukan sinergi dari para pemangku kepentingan. Guru mata pelajaran bahasa Jawa menjadi ujung tombak keberhasilan pelestarian bahasa di dunia pendidikan.

BACA JUGA: Target Memvaksin 6.000 Santri API Tegalrejo Tercapai

”Berdasarkan pengalaman revitalisasi bahasa di berbagai negara, revitalisasi bahasa berbasis pendidikan di sekolah sangat efektif. Ini untuk menjamin keberlangsungan upaya pelestarian bahasa daerah yang berkesinambungan,” kata Ganjar, dalam acara pembukaan.

Setelah kegiatan diseminasi atau kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu, agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi itu, jelas Ganjar, dihasilkan suatu output model pembelajaran bahasa dan sastra Jawa, untuk tingkat SD dan SMP.

”Peserta diharapkan bisa mendiskusikan model pembelajaran yang tepat dan inovatif, untuk peserta didik. Yakni model pembelajaran menulis dan membaca aksara Jawa, membaca dan menulis geguritan, pidato, undha usuk, dan mendongeng,” tambahnya.

BACA JUGA: Mahasiswa Unisnu Dampingi Industri Rumahan Urus Perijinan

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta yang diwakili Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, Abdul Haris Alamsyah, menyampaikan, bahasa Jawa menjadi pintu masuk pendidikan karakter, karena bahasa Jawa mengajarkan sopan santun, etika, dan estetika.

Menurut dia, bahasa Jawa dapat dilestarikan dan dikembangkan, jika dibiasakan penggunaannya dalam berkomunikasi sehari-hari.

”Kita harus rumangsa melu handarbeni, merasa memiliki, terhadap bahasa kita sendiri, bahasa Jawa. Jangan sampai orang luar yang malah menggunakan dan mempelajarinya,” ungkap Alamsyah.

BACA JUGA: Korea Utara Tembakan Rudal Balistik dari Pantai Timur

Dia berharap, bahasa Jawa diajarkan dan dilestarikan di Kota Surakarta dan di Kabupaten/Kota lain di Jateng. Guru master atau guru utama yang terlatih, harus bisa menyampaikan kepada guru-guru lain di daerahnya.

”Guru harus membimbing membaca dan menulis aksara Jawa, serta membimbing tata krama kepada peserta didik. Dengan begitu, diperoleh pengetahuan, keterampilan, dan karakter secara baik,” jelasnya.

Riyan