blank

Bahasa Indonesia ala Netizen Indonesia Tercinta

Oleh Meilan Arsanti, M. Pd.

BAHASA slang kerap digunakan warganet atau netizen di Indonesia untuk menunjukkan eksistensi mereka di jagad maya. Bahasa slang tersebut banyak menggunakan huruf dengan suara yang sama, tanda baca, huruf kapital, onomatopoeic, dan emoticon. Selain bahasa slang netizen ada pula yang menggunakan bahasa formal, bahasa informal atau bahasa percakapan, bahasa gado-gado, frasa, idiom, dan lain-lain.

  1. Bahasa Formal

Dalam bermedia sosial banyak juga yang menggunakan bahasa formal. Bahasa formal yang dimaksud adalah bahasa Indonesia baku yang sesuai dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Biasanya pengguna media sosial yang menggunakan bahasa formal adalah para pejabat, rektor, dosen, guru, praktisi pendidikan, peneliti atau pegawai instansi. Walaupun tidak sepenuhnya menggunakan bahasa formal, tetapi setidaknya kosakata yang digunakan baku atau tidak menggunakan bahasa internet slang.

  1. Bahasa Informal

Oleh karena konteks media sosial adalah tidak formal maka masyarakat atau warganet menggunakan bahasa yang informal. Bahasa informal dalam bahasa Indonesia merujuk pada bahasa gaul atau bahasa prokem. Bahasa informal ini banyak dipengaruhi oleh budaya setempat atau bahasa daerah. Secara tata bahasa atau aturan bahasa, bahasa informal ini berakar dari bahasa formal.

  1. Bahasa Daerah

selain bahasa formal dan informal, bahasa daerah juga sering digunakan dalam bermedia sosial . Bahasa daerah Betawi, Jawa atau bahasa Ngapak cukup banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Penggunaannya pun tidak hanya terbatas di sekitar wilayah Jakarta, melainkan juga kota-kota besar lainnya. Oleh karena sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, beberapa kata dalam bahasa Betawi pun mulai banyak diterapkan dalam media sosial oleh para penggunanya seperti kata babe atau bokap yang bermakna ayah atau bapak. Kata gue atau gua dalam bahasa Betawi juga sering digunakan terutama oleh anak muda atau remaja. Selain bahasa Betawi, kata lur yang merupakan singkatan dari kata sedulur dalam bahasa Jawa yang artinya saudara juga sering digunakan dalam media sosial. Kata gan (juragan) juga kerap digunakan untuk menyapa seseorang dalam media sosial.

  1. Bahasa Asing

Pada era globalisasi dan modernisasi seperti saat ini bahasa Inggris menjadi bahasa yang banyak dipelajari masyarakat Indonesia. Lambat laun kosakata masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Inggris tersebut. Selain itu, alat-alat elektronik termasuk gawai yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses media sosial pun banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Berbagai bahasa internet atau internet slang pun banyak yang berasal dari bahasa Inggris. Misalnya kata OMG yang merujuk pada kata “Oh, My God” atau “Ya Tuhan” sebagai bentuk ungkapan perasaan terkejut atau terpukau. Kata RIP yang merujuk pada kata Rest in Peace sebagai bentuk ungkapan bela sungkawa jika ada teman atau saudara yang meninggal. Selain itu, kata download, posting, online, share, repost, realpict, story, scrole, dll. juga kerap meramaikan bahasa di media sosial.

  1. Huruf yang Memiliki Kesamaan Bunyi dengan Kata yang Diucapkan

Ada banyak variasi penggunaan bahasa dalam media sosial. Warganet juga gemar menggunakan huruf yang memiliki kesamaaan bunyi dengan kata yang diucapkan atau homofon. Penggunaan huruf homofon ini biasanya masuk ke dalam ranah bahasa asing seperti bahasa Inggris. Yang termasuk huruf-huruf homofon adalah kependekan kata serta singkatan kata yang umumnya dalam bahasa asing. Misalnya kependekan kata “R U OK” yang merujuk pada “are you okay (ok)”. Singkatan kata “BTW” yang merujuk pada “by the way”. Kombinasi kependekan kata dan singkatan kata seperti “CUL8R” yang merujuk pada “see you later”.  Misalnya pada unggahan status “BTW si dia lagi ngapain ya?”

  1. Gaya Pengucapan Onomatope

Gaya pengucapan onomatope atau kata tiruan bunyi adalah gaya pengucapan yang kerap digunakan dalam komunikasi media sosial. Onomatope biasa digunakan warganet untuk mengindikasikan sesuatu. Misalnya untuk ekpresi tertawa atau menanggapi hal yang lucu,jangan berisik, heran warganet menuliskannya dengan “hahaha”, “hehehe”,“xixixi”, “wkwkwkwk”, “ckckckck”, “sstttttt”, dll. Misalnya pada unggahan status “Gue ternyata lebih cantik dari pacar barunya wkwkkwkwkkw.”

  1. Tanda Baca

Tidak hanya dalam jenis tulisan formal atau ilmiah, dalam media sosial pun tanda baca kerap digunakan. Penggunaan tanda baca di media sosial lebih dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Dengan kata lain, agar kata yang ditulis warganet memiliki arti lebih atau sangat biasanya menggunakan tanda baca secara berulang sebagai bentuk penekanan terhadap sesuatu atau merujuk pada emosi tertentu. Misalnya penggunaan tanda seru “!!!!!!!!!!” biasanya merujuk pada rasa kesal atau amarah atau intonasi yang keras. Penggunaan tanda tanya “??????” biasanya merujuk pada kebingungan tau ketidakpahaman warganet terhadap sesuatu, bisa pula bermakna kesal atau untuk menyindir. Misalnya pada unggahan status “Dasar nyebelin!!!!!!!!!!”

  1. Huruf Kapital

bukan hanya tanda baca, huruf kapital juga sering digunakan warganet untuk memberi penekanan terhadap sesuatu. Selain huruf kapital, huruf tebal, huruf miring, dan garis bawah juga kerap digunakan dalam media sosial. Misalnya kata STOP, NO, YES, OK, RIP, BTW, PHP, dll.

  1. Emoticon dengan Tanda Baca

Dalam berkomunikasi di media sosial agar lebih ekspresif, selain tanda baca dan huruf kapital, emoticon umum digunakan warganet. Emoticon tersebut dibuat dengan tanda baca pada papan ketik (keyboard). Penggunaan emoticon dimaksudkan agar lawan bicara dapat mengerti dan memahami emosi yang dialami pengguna lainnya karena dalam komunikasi online tidak terjadi kontak personal dan tidak dapat mendengar suara kecuali jika menggunakan video call. Misalnya “:- )” yang merujuk pada senyum atau “ :-D” untuk tertawa.

  1. Emotikon dengan Gambar Wajah

Kecanggihan teknologi gawai yang digunakan waraganet untuk mengakses media sosial saat ini sudah canggih. Selain dengan menggunakan tanda baca, emotikon juga dapat menggunakan gambar wajah. Gambar wajah tersebut disediakan untuk memudahkan warganet dalam menyampaikan emosi pada saat berkomunikasi di media sosial. Ada banyak emotikon yang disediakan misalnya emotikon yang menyatakan gembira, sedih, haru, tertawa, profesi, menyatakan keadaan, dll. Di negara-negara barat, emotikon bergambar wajah lebih menitikberatkan pada mulut, sedangkan emotikon bergambar wajah di negara Jepang lebih menekankan pada mata. Misalnya emotikon yang mengekspresikan rasa senang atau bahagia maka akan terlihat wajah yang nampak tersenyum, tetapi sebaliknya jika emotikon yang mengekspresikan sedih maka akan nampak wajah yang cemberut atau menangis.

  1. Tanda Tagar atau Hashtag (#)

Semenjak media sosial menjamur salah satu tanda yang sering digunakan warganet dalam unggahannya adalah tanda tagar. Tanda tagar atau hashtag adalah kata atau frasa multikata yang didahului oleh simbol #. Tanda tagar biasanya digunakan warganet untuk mencari unggahan dengan hashtag tertentu, kemudian memasukkannya ke dalam kategori tertentu, dan melacaknya di berbagai platform media sosial. Tanda tagar biasa digunakan untuk membuat unggahan warganet viral atau paling banyak dicari atau dituliskan warganet. Misalnya #peilpresdamai2019

  1. Neologisme

Cara lain yang digunakan warganet dalam menulis unggahan di media sosial adalah dengan menggunakan neologisme. Neologisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa yang memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata. Misalnya “BFF” yang merujuk pada “best friends forever” dan digunakan untuk menyatakan kedekatan seseorang dengan individu lainnya.

  1. Akronim

Oleh karena dalam membuat unggahan dibatasi dengan jumlah teks, maka biasanya warganet menggunakan akronim. Akronim umum digunakan dalam pesan teks, obrolan, dan surat elektronik. Selain untuk meminimalisasi panjang kata, akronim juga digunakan untuk meningkatkan kecepatan. Misalnya “OTW” yang merujuk pada “on the way” atau “RIP” yang merujuk pada “Rest in Peace”.

  1. Singkatan

Selain akronim dalam membuat unggahan di media sosial warganet juga sering menggunakan singkatan. Penggunaan singkatan tersebut sama halnya dengan penggunaan akronim, yaitu untuk meminimalisasi panjang kata dan meningkatkan kecepatan. Misalnya “yg” untuk “yang” atau “dg” untuk “people”.

  1. Kata Seru atau Interjeksi

Interjeksi dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata seru. Baik dalam kamus bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, kata seru digunakan secara luas. Kata seru biasanya diungkapkan secara lisan maupun tertulis dengan maksud untuk menunjukkan perasaan atau emosi seseorang. Penulisan kata seru atau interjeksi tersebut biasanya disertai dengan tanda seru. Misalnya “Aduh!” atau “Ahh”.(penulis : Meilan Arsanti, M. Pd./Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unissula)

Suarabaru.id