blank
Erna Yulis Setianingrum, S.Pd. SD

Oleh :Erna  Yulis Setianingrum, S.Pd., SD.

 “Perlu  keberanian  untuk mengatasi  keraguan dan ketakutan dalam menulis.

Keraguan dan ketakutan mengungkapkan perasaan, pikiran, dan gagasan  dalam bentuk tulisan mungkin  pernah dirasakan  setiap orang. Demikian juga   saya. Meskipun sejak muda  saya suka menulis, namun tulisan itu saya simpan rapat-rapat. Saya tidak berani mempublikasikan,  apalagi menerbitkannya dalam sebuah buku.  Dalam batin  bergelayut rasa ragu dan takut.

Motivasi justru  datang dari  ibu Budi Prihartini, seorang guru yang juga menjadi  pengurus Asosiasi Guru Pegiat Literasi (APGL) Jepara. Ia  banyak  membantu saya  menumbuhkan kepercayaan diri dan membangun keberanian. Bahkan   akhirnya berani menulis dan mengumpulkan karya-karya dalam bentuk buku.

blank
Kupu Belajar yang mengantarkan berani menulis

Karya perdana yang berhasil terbukukan adalah Kumpulan Lagu  Berlirik Pelajaran yang saya beri judul   Kupu Belajar. Sungguh diluar dugaan, buku yang berisi 40 lirik lagu materi pelajaran kelas 1-6 SD  ini ternyata laris-manis dan diminati banyak orang.

Itu pula yang  memotivasi diri saya untuk menulis buku yang kedua dengan judul Outbound Bangun Jawara atau  Outbound Bangun Jiwa Wirausaha. Buku ini   merupakan implementasi dari pembelajaran tema 5 kelas 6 SD.

Sedangkan buku ketiga adalah buku antologi dengan judul Merdeka Belajar (Kartini Masa Kini) dan  buku keempat Pembelajaran Inovatif di Masa Pandemi. Kedua buku tersebut diprakarsai oleh penulis-penulis yang tergabung dalam AGPL, salah satu wadah untuk guru dalam giat literasi.

Sementara buku antologi ketiga berjudul Pantun Nasehat Guru  untuk Murid yang diterbitkan PERUAS dan Gerakan 1000 Guru ASEAN Menulis Pantun Nasihat.

Giat literasi di AGPL memang  memberikan pencerahan dan kegairahan  dalam menulis. Sebab   selain mendapat ilmu tentang menulis, juga mengenal teman-teman yang memiliki kemampuan dalam dunia  literasi. Mereka mampu menginspirasi, hingga mampu melepaskan pemula yang masih terbelenggu ketidak percayaan diri, takut dikritik dan takut terluka hati.

Bak Gayung bersambut. Giat literasi di Jepara makin nampak bergeliat. Sebab pada hari Sabtu tanggal 24 Oktober 2020 ada 50 penulis di Jepara berkumpul. Setelah mendapatkan pencerahan dari  pemantik diskusi, akhirnya para peserta  membuat kesepakatan untuk membentuk Forum Penulis Jepara dengan nama Literasi.

Dalam forum ini disepakati, penulis senior  bapak Hadi Priyanto dipercaya  sebagai ketua forum.  Karena rekam jejaknya Ia dianggap  memiliki kapasitas dan kompetensi menjabat sebagai ketua dalam forum.

Ia juga ditunjuk sebagai ketua formatur, dan dibantu oleh para narasumber diskusi, diantaranya bapak Udik Agus DW, Iskak Wijaya, Wienarto, Sarjono,  Kus Haryadi, dan ibu Indria Mustika, ditambah dua aktivis penulis yaitu bapak Nur Kandir dan ibu Budi Prihartini.

Tim formatur ini dipercaya untuk menyusun kepengurusan dan juga menyusun program yang diharapkan mampu untuk meningkatkan kreatifitas penulis dan meningkatkan produktifitasnya dalam literasi. Tujuannya agar dapat lebih kuat menebar  inspirasi.

Hal ini selaras dengan  harapan dari bapak Edy Sujatmiko selaku Ketua  Pengurus Korpri Kabupaten Jepara yang juga hadir di forum tersebut. Harapannya, para pegiat literasi dan para penulis Jepara, mampu meningkatkan produktifitas dalam menulis sehingga dapat menjadi inspirasibagi warga masyarakat, seperti yang telah dilakukan RA Kartini.

Sebab pena putri Jepara ini terbukti mampu merubah peradaban bangsa yang berabad terjajah. Ketika kami bergiat di dunia literasi sebenarnya kami sedang berikhtiar  menapak jejak RA Kartini yang abadi dihati (*) 

Penulis adalah guru SD Negeri  6 Bangsri

blank