blank
pemilik Batik Fitroh, Mahfudloh Fitrotaullah (kanan), menunjukkan kain batik hasil produksinya. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
dari Kabupaten Rembang, Batik Fitroh, menyatakan membangun ‘brand’ atau merek dagang sangat penting, untuk mengembangkan usahanya agar lebih dikenal banyak orang.

”Saya dulu pernah punya pengalaman, pada tahun 2016 ikut pameran. Dari 50 potong kain yang saya bawa, hanya laku dua potong, karena saya dapat lokasi yang kurang menguntungkan. Dan saya kalah jika dibandingkan dengan pelaku usaha lain, yang jauh lebih dulu berdiri,” kata pemilik Batik Fitroh, Mahfudloh Fitrotaullah, pada saat menjadi narasumber di acara Bincang Bisnis pada gelaran UKM Virtual Expo, di Semarang, Senin (26/10/2020).

Dari pengalaman itu, ibu satu anak ini belajar tentang pentingnya membangun sebuah merek, agar produknya makin dikenal banyak orang. Selain itu, dia juga tidak kapok mengikuti pameran dimana pun dan dalam kondisi apa pun.

BACA JUGA : Gitar Hasil Promosi Ganjar Dibeli Helmy Yahya

”Dimana pun lokasi pamerannya, ‘ending’-nya atau pada akhirnya, kami pasti dipertemukan dengan pameran yang lebih besar, dengan pengunjung yang lebih banyak dan lebih besar lagi,” ujarnya.

Selain membangun merek melalui pameran, dia juga aktif memasarkan produknya melalui media sosial, salah satunya Facebook. Dia juga menyebutkan, hasil pemasarannya melalui media sosial, akhirnya bisa dipertemukan dengan salah satu konsumen dari luar kota.

”Pada saat itu dia memesan ratusan potong kain batik. Katanya akan digunakan sebagai suvenir. Saya pun langsung sanggupi, dan saat itu juga saya rekrut beberapa karyawan,” ungkapnya.

Dia sendiri awalnya hanya meneruskan usaha kecil milik keluarganya. Sebelumnya, Fitroh tidak paham sama sekali usaha batik. Dan dengan bekal tekad dan keberanian, akhirnya saat ini sudah memiliki 35 orang karyawan.

”Ini kan usaha orang tua saya, mereka memulai sejak tahun 2012. Saat itu saya baru lulus SMA. Kemudian saya tidak langsung terjun di usaha ini, karena lebih pilih jualan ponsel. Sampai kemudian di tahun 2016 saya mau melanjutkan usaha ini,” tutur dia saat menceritakan awal usahanya.

Kontribusi
Dia pun kemudian aktif mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah.

”Di situ saya dikenalkan pada Balai Pelatihan Koperasi dan UKM di Srondol, Semarang. Setiap ada kegiatan saya diundang, diajari proses menyanting, pewarnaan, memproduksi kain sampai jadi baju, pengemasan, pemasaran. Saya juga dilatih dan digembleng, bagaimana memilah dan memilih karyawan berkualitas,” katanya.

Bahkan dia juga berkontribusi dalam mencetak penjahit dan pembatik baru, dengan mengikutkan beberapa orang ke program pelatihan dari Dinas Koperasi dan UMKM.

”Selanjutnya saya juga gunakan jasa mereka. Dari sini jadi bisa memilih mana penjahit berkualitas,” lanjutnya.

Di sisi lain, dari upaya pemasaran yang terus dilakukannya, saat ini dia telah memperoleh banyak konsumen dari luar kota. ”Untuk bulan ini saya dapat pesanan membuat 3.000 potong kain batik,” tukas dia.

Riyan