blank

SAYA mendapatkan ilmu “uang balik” ini dari Guru Tarekat yang juga ahli bisnis. Cara membuat “Uang Balik” dilakukan dengan mengumpulkan uang koin dan uang kertas yang masih berlaku, misalnya :  Rp 500 Rp – 1.000  Rp 5.000  Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 50.000 Rp 100.000. Uang tersebut digunakan sebagai “Uang Bibit”.

Sejumlah uang itu dimasukkan dalam kotak, terdiri dari beberapa lembar uang yang masih berlaku :  Rp 100.000  Rp 50.000 Rp 20.000 Rp.10.000  Rp 5.000 dan jenis uang nominal di bawahnya, lalu ditambah satu uang logam kono dan dimasukkan dalam kotak kayu atau besi. Setelah itu, lalu dibacakan Surat Al-Kahfi.

Bagi yang tidak bisa membaca lengkap, bisa membaca ayat ke 109 :  “qul lau kanal-bahru midadal li kalimati rabbi lanafidal bahru qabla an tanfada kalimatu rabbi walau ji’na bi mislihi madada” (Katakanlah :”kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” 

Power magis dari suatu amalan itu dapat dilihat dari arti kalimat yang dibacanya. Maka, jika keinginan itu dikabulkan, Allah akan memberi karunia dalam bentuk  rezeki yang  tidak pernah habis :  layaknya menulis dengan tinta sebanyak air lautan, atau dalam istilah Jawa disebut nyumber yang artinya selalu mengalir.

Ritual “melepas” dan memanfaatkan uang dalam kotak. Misalnya :

  • Hari ini Anda dapat uang Rp.1.000.000,- maka hari itu juga Anda ambil uang yang ada dalam kotak untuk sedekah.
  • Jumlah yang disedekahkan minimal 2,5%, yaitu Rp.25.000 ( Nominal Rp.20.000 dan Rp 5.000) atau lebih dari nominal itu.

Metode mengeluarkan dan mengganti uang adalah,  ketika Anda mengeluarkan uang sejumlah Rp 25.000  Anda harus memasukkan uang baru ke dalam kotak dengan jumlah yang sama.  Dengan cara ini maka uang yang ada dalam kotak  itu tetap utuh. Karena setiap ada yang dikeluarkan untuk sedekah, lalu diganti dengan uang baru yang nominalnya sama.

Selain sejumlah uang logam dan kertas yang masih laku, dalam kotak itu masukkan satu “uang bibit”. Yaitu uang logam lama yang pada zamannya memiliki nilai yang cukup tinggi. Kenapa? Uang dengan nominal tinggi itu pada zamannya sering dipegang orang-orang kaya, dan yang ingin diserap orang zaman sekarang yang melalui “ritual” itu bukan fisik  uangnya, melainkan aura dari tangan-tangan orang kaya menempel pada uang itu.

Setelah semua prosesi dijalankan, Anda harus ikrar uang yang ada dalam kotak itu bukan lagi milik Anda lagi, melainkan milik orang lain yang berhak menerimanya, yaitu para fakir miskin, yatim piatu, orang yang sedang sakit, orang terlantar, dan siapapun yang layak menerima bantuan.

Kedisplinan dalam mengeluarkan penghasilan Anda minimal 2,5% itu ditentukan dari proses uang didapatkan.  Misalnya, tukang suwuk (penyembuh) yang kerjanya ringan, modal komat-kamit dan tiup dapat upah banyak, aturannya tentu saja beda dengan mereka yang mendapatkan uang melalui cara peras keringat.

Kisah Pemuda Dalam Gua

Pada zaman  Raja Dikyanus, ada aturan rakyat harus menyembahnya dan tak diperbolehkan menyembah Tuhan. Karena ketakutan, sebagian besar rakyat mematuhi. Namun ada sekelompok pemuda yang tetap menyembah  Tuhan. Keyakinan tujuh pemuda ini diketahui hingga raja meminta menangkap mereka.

Raja marah dan akan menghukum mati para pemuda itu. Mereka lalu bersembunyi dalam goa dengan ditemani seekor anjing. Karena kelelahan, mereka tertidur sedangkan anjingnya berada di pintu gua. Waktu terus berlalu dan zaman pun berganti. Kerajaan yang dulu dipimpin  Raja yang ingkar, berubah menjadi sebuah negeri yang punya kebebasan dalam beragama.

 

Pada pemuda yang semula tertidur dalam gua itu terbangun. Mereka saling bertanya berapa lama mereka tertidur dalam gua. Ada yang mengatakan setengah hari ada yang lebih. Karena lapar, ada salah satu di antara mereka pergi ke pasar untuk mencari makanan.

Sesampai di pasar para pedagang keheranan dengan uang yang digunakan pemuda itu. Pengawas pasar kemudian membawa pemuda ini kehadapan Raja yang shaleh. Betapa terkejutnya Raja saat pemuda ini menceritakan siapa dia sebenarnya. Raja lalu menjelaskan bahwa Raja Dikyanus yang kejam itu telah mati 309 tahun lalu.

Jadi, hakikat dari yang disebut uang balik itu adalah sedekah, yaitu uang yang dibelanjakan di jalan Allah, kemudian dikembalikan oleh-Nya. “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 261)