blank

Judul Buku: Bakul Pitik di Balik Borobudur Marathon
Tim Penulis: Amir Machmud NS (editor), Ade Oesman, Solikun, Wisnu Aji
Penerbit: Mimbar Media Utama (2019)
Halaman: xiv + 130 hlm.

“Kesan saya tentang Liem Chie An? Nasionalismenya dahsyat…”

Komentar itu secara spontan disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ketika diwawancarai tim buku ini tentang Liem Chie An, pedagang ayam yang menjadi tokoh di balik penyelenggaraan Borobudur Interhash dan Borobudur Marathon sejak 2013.

Sementara itu, mantan gubernur Bibit Waluyo secara hiperbolik menyebut Chie An sebagai “orang gila”. Itulah tentu ungkapan respek tentang iktikad luar biasa keterlibatan Chie An dalam dua event internasional itu.

Keduanya, dalam testimoni khusus yang disajikan pada Bab 4 buku ini, mengakui ketulusan ekspresi nasionalisme si “bakul pitik”.

blank
Borobudur Marathon, tak lepas dari peran Liem Chie An. Foto: dok

Komentar-komentar tentang ungkapan kecintaan Chie An kepada Tanah Air lewat Borobudur Marathon menghias buku Bakul Pitik di Panggung Botobudur Marathon yang ditulis oleh kuartet wartawan senior ini. Dengan bahasa yang bertutur mengalir dan terjaga, buku ini menarasikan jalan pikiran Liem Chie An ketika memutuskan untuk terlibat membesarkan dan menduniakan marathon berlatar belakang Candi Borobudur itu, yang dulu dilahirkan oleh tokoh atletik Bob Hasan.

Dari Bab 1 sampai Bab 2, pembaca diajak merunut kegelisahan-kegelisahan, dorongan, dan pikiran ke depan yang mengkristal sebagai logika argumentatif tentang komitmen itu melalui pengalaman-pengalaman Chie An melanglang buana ke berbagai event interhash.

Kecintaan sebagai putra daerah kepada Candi Borobudur dan potensinya sebagai salah satu aset utama bangsa, mendorong tokoh yang juga biasa dipanggil King Kong oleh komunitas hasher ini untuk ikut makin menggaungkan bangunan warisan sejarah tersebut. Dan, akhirnya dia memilih total terlibat. Pilihan itu terutama dilatari oleh semangat untuk berbuat sesuatu yang bermakna bagi daerah kelahirannya, Magelang dan negerinya.

Dorongan Para Sahabat

Di balik penampilannya yang sederhana, cenderung cuek, dan terkesan inferior, Chie An sempat mengalami persilangan pendapat di dalam hati: tepat atau kelirukah dia terlibat dalam penyelenggaraan Interhash dan Borobudur Marathon? Dia mengakui kekuatan dorongan sejumlah kolega dan sahabat untuk meyakinkannya. Dengan dukungan itulah dia berani mengajukan Borobudur sebagai tuan rumah interhash.

Kalimat motivatif yang kemudian menjadi momentum mendorong tekad besarnya muncul dari seorang purnawirawan jenderal TNI, Kardiyono. Lewat ungkapan “Ayo kita gali kapak perang”, semangat Liem Chie An pun terbangkitkan. Dia tak lagi diliputi keraguan.

Buku ini menarik sebagai salah satu referensi yang mengungkap sejumlah kisah di balik penyelenggaraan marathon terbesar di Indonesia itu. Yang juga penting adalah Bab 3, berisi filosofi-filosofi kehidupan Chie An. Dia secara sederhana dan membumi serta konsisten menerapkan sejumlah prinsip kehidupan untuk berjuang, bekerja, berkeluarga, berteman, dan menjaga harmoni. Bab tersebut boleh dikata merupakan bagian paling bernas dari buku biografi ini.

Memang belum semua sisi kehidupan Chie An terungkap oleh tim penulis dalam buku ini. Dengan sebagian jalan hidup yang penuh inspirasi itu, masih banyak hal tentang kehidupan yang bisa diungkap dan diteladani dari penghobi traveling ke berbagai penjuru dunia itu.

Buku ini, setidak-tidaknya bisa menjadi awal dari rangkaian kisah seorang putra bangsa yang berkomitmen kuat menggaungkan potensi negerinya lewat sebuah sport tourism event. Dan, dia bertekad untuk terus memperjuangkannya. Tim SB