SEMARANG (SUARABARU.ID)– Mahasiswa magang di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT), menggelar webinar bertajuk ‘Pelestarian dan Pendokumentasian Bahasa Daerah melalui Anju Digital’, via aplikasi Zoom Meeting, Selasa (18/10/2022).
Hadir empat narasumber dalam acara itu, Dr Raden Arief Nugroho M Hum (Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro/Udinus), Dr Prembayun Miji Lestari M Hum (Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang/Unnes), Dr Muljono SSi MKom (Ketua Program Studi Teknik Informatika Udinus) serta Ema Rahardian M Hum (Koordinator KKLP Perkamusan dan Peristilahan BBPJT).
Webinar ini merupakan hasil kolaborasi mahasiswa magang Unnes dan Undip, dengan KKLP Perkamusan dan Peristilahan BBPJT, dan diikuti 138 peserta, di antaranya guru, mahasiswa, Pendidikan Profesi Guru (PPG), dosen, pelajar, serta masyarakat umum dari berbagai daerah.
BACA JUGA: 126 Orang Calon Panwascam Ikuti Tes Wawancara
Ganjar Harimansyah, Kepala BBPJT mengatakan, pelestarian dan pendokumentasian bahasa daerah merupakan salah satu kegiatan yang mendukung tiga program prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa). Ketiga program prioritas itu adalah literasi, pelindungan bahasa daerah, dan penginternasionalan bahasa Indonesia.
”Pelestarian dan pendokumentasian bahasa daerah ini bisa melingkupi dua dari tiga program prioritas itu. Yakni, untuk melindungi bahasa daerah dan untuk mendukung literasi,” ungkap Ganjar dalam sambutannya.
Sementara itu, Prembayun Miji Lestari mengungkapkan, pelestarian merujuk pada upaya ataupun proses menjaga, melindungi, dan mengembangkan sesuatu, agar tidak punah, dalam hal ini bahasa dan sastra Jawa.
BACA JUGA: Narapidana Rutan Kudus Peroleh Pelatihan Keterampilan Kerja DBHCHT
”Penelitian yang dilakukan Badan Bahasa mengungkap kondisi bahasa Jawa saat ini, perlu menjadi perhatian penting. Oleh karena itu, lahirlah beberapa program yang dieksekusi Badan Bahasa. Salah satunya adalah, Festival Tunas Bahasa Ibu,” jelas Prembayun.
Dijelaskan juga, saat ini sebagian besar orang tua menggunakan bahasa pengantar dalam keluarga atau bahasa harian, bukan bahasa daerah lagi. Tetapi menggunakan bahasa asing atau dominan bahasa Indonesia.
”Saat ini posisi bahasa Indonesia atau bahasa asing mendominasi percakapan di rumah tangga, yang notabene memang basisnya adalah masyarakat Jawa,” tambahnya.
BACA JUGA: Tingkatkan Literasi Jurnalistik, Tim PkM Ilkom USM Beri Pelatihan Penulisan Berita
Sedangkan Raden Arief Nugroho menyatakan, upaya untuk mendokumentasikan bahasa, dalam beberapa teori, terbatas pada kasus-kasus bahasa yang sudah ditinggalkan. Atau kasus-kasus seperti budaya Jawa, yang mungkin banyak generasi muda yang sudah tidak tahu.
Dalam konteks percakapan atau bahasa tercampur, apabila masih digunakan, secara statistik bahasa itu masih merupakan bahasa yang aman, atau masih digunakan. Frekuensinya tidak terlalu rendah atau masih tinggi.
”Kata-kata dari budaya Jawa, seperti olahan singkong, apabila diujicobakan kepada saya, mungkin bisa salah semua jawabannya. Pemerintah sudah berusaha memberikan padanan kata yang tepat, untuk istilah-istilah itu. Mungkin kurangnya informasi atau kesenjangan dari pengguna bahasa itu, membuat para pengguna tetap menggunakan kosakata-kosakata asing yang lebih familier,” terangnya.
Arief menambahkan, salah satu upaya BBPJT bekerja sama dengan Udinus dalam mempertahankan bahasa daerah adalah, pembuatan kamus budaya Jawa melalui anju (platform) digital. Aplikasi itu dapat diakses melalui https://senaraiistilahjawa.kemdikbud.go.id/.
Riyan