SATU lagi perilaku manusia yang niru-niru binatang (hewan), yakni menirukan bulus. Itulah mengapa ada saja protes anak kepada orangtuanya ketika diberi nama, seperti Lusianto, atau Lusiana, atau pun Pilus. Mengapa?
Takut kelak ketika di lingkungan RT-nya, bu Lusianto akan dipanggil Bu Lus. Bahkan istri pak Pilus pun sangat mungkin panggilannya menjadi Bu Lus juga, karena hampir mustahil dipanggil Bu Pil, seperti obat saja.
Apa yang manusia tirukan dari bulus? Ternyata akalnya, padahal mana ada binatang merayap seperti bulus punya akal?
Itulah wolak-waliking kahanan; kondisi yang minta ampun berkebalikan: Lha wong bulus ora duwe akal, kok ditirukan. Telusur punya telusur, insting bulus yang suka menyembunyikan kepala dan pura-pura mati itulah yang lalu menjadi perilaku manusia: Akal bulus.
Baca juga Pager Pring, Bethek
Si bulus hanya menggunakan insting menyembunyikan kepalanya dan berdiam diri; si manusia menirukannya dalam rangka menipu.
Bulus
Dalam Bahasa Indonesia, bulus memiliki empat makna, yaitu (a) gundul sama sekali (untuk pohon tidak berdaun, tidak bercabang; dan untuk kepala tidak berambut); (b) dapat masuk, berarti lulus; (c) bulus-bulus yaitu ikan laut; dan (d) bulus yang berarti semacam kura-kura kecil.
Makna ke empat inilah yang ditirukan manusia, apalagi yang namanya bulus itu hidupnya di air tawar, bisa juga di darat (sementara yang di air laut, disebut penyu).
Insting bulus yang ditirukan manusia dalam tingkahlaku akal bulus-nya, bermakna licik, pandai menipu. Siapa lagi yang dapat licik dan pandai menipu kecuali manusia? Nahhh………………paham kan? Dan manusia seperti apa saja yang suka licik dan pandai menipu itu?