blank
Ilustrasi, Syakuni (Sengkuni) dengan keculasan dan akal bulusnya. Foto: Wied

Semua manusia!! Wong sugih sangat mungkin berperilaku licik dan pandai menipu; wong mlarat juga bisa. Rakyat jelata suka licik dan pandai penipu juga banyak; pun pejabat tingkat tinggi juga bisa saja sangat lihai.

Intinya, akal bulus terjadi di mana-mana, dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan pun dan dengan gradasi yang macam apa pun. Tinggallah niat baik individual yang menentukan: Mau akal bulus atau mau lurus-lurus saja: mau suka/pandai menipu atau wajar-wajar saja. Sumangga kersa!!

Belajar kehidupan

Suatu pagi, seorang ayah dan ibu mengajak anak semata wayangnya berjalan-jalan dekat danau kecil. Tiba-tiba sang anak melihat ada binatang kecil lari menyeberang  jalan di depannya. Dikejarlah binatang itu, ditangkap, lalu ditnjukkan ke orangtuanya. “Ini anak bulus. tukik,” ayahnya menjelaskan.

Baca juga Edukasi Kultural MBG, Upahmu Besar di Surga Manakala…

Bulus cilik itu lalu diletakkan di atas tanah, tetapi ditunggu-tunggu, dia diammmmmmm saja. Anak itu mengambil potongan kecil kayu, maksudnya mau untuk memukul-pukul punggung anak bulus itu. Ayah ibunya mencegah: “Jangan kamu apa-apakan. Bawa saja pulang.

Sesampai di rumah, anak itu tidak sabar segera ingin melihat anak bulus itu berlari lagi. Ditaruhnya anak bulus itu di lantai, tetap diam. Anak itu tidak sabar, lalu ia mengambil air, disiramnya tukik itu. Tetap diam.

Melihat upaya anaknya tidak berhasil, sang ayah berkata: Anak bulus itu harus kamu beri kehangatan, pasti dia akan mau berjalan lagi. Segera anak itu mengambil air hangat, lalu dipercikkan air itu sedikit demi sedikit ke punggung anak bulus. Tiba-tiba, anak bulus itu menongolkan kepalanya, dan segera berlari tak menentu arahnya. Anak itu kegirangan dan teriak-teriak: “Ayahhhh, hidup lagi  dia, dia lari ayahhhhh.”

Ayah lalu berkata, anak bulus atau pun bulus yang suka menyembunyikan kepalanya dan pura-pura mati, itu semua dilakukan untuk mencari aman. Cara mencari aman itu ditirukan oleh manusia untuk menipu atau bersikap licik.

“Tetapi lihatlah tukik tadi, ia butuh kehangatan agar mau berlari. Orang yang suka menggunakan akal bulusnya, sebenarnya juga butuh kehangatan. Kesepian mereka itu sebetulnya, lalu melakukan kelicikannya untuk menipu agar diakui orang-orang sekitarnya. Kasihan sebenarnya orang-orang licik dan suka menipu itu. Mereka itu hidupnya kesepian, butuh kehangatan. Benar-benar kasihan, apalagi di hari tuanya manakala ia sudah tidak dapat berbuat licik atau menipu lagi.”

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University