blank
Ilustrasi. Reka: wied

JC Tukiman Tarunasayogablank

HASIL pemilu 14 Februari 2024 lalu, saat ini sudah ada gambaran siapa menang/terpilih dan siapa kalah/tidak terpilih. Memang mungkin nanti akan  ada fase “gugatan” dan akan terjadi kemungkinan yang selama ini disebut kalah akan menjadi menang, atau pun yang selama ini disebut-sebut menang, akan menjadi kalah.

Peluang itu ada, meskipun kecil saja jumlahnya. Jadi, memang sudah ada gambarannya siapa menang siapa kalah, namun semuanya masih menunggu keputusan final KPU. Itu berarti belum semuanya serba pasti.

Akan tetapi, satu hal yang sangat pasti ialah, ketika para calon itu menyatakan dirinya “maju.”  dalam arti nyalon (mencalonkan diri), semuanya pasti bermodalkan paribasan ini: Kalah cacak, menang cacak. Tentang peribahasa inilah topik bahasan kali ini,  di kala sing menang seneng-seneng, sing kalah mesthi wae susah.; yaitu di saat mereka yang “menang” pasti merasa senang, dan mereka yang kalah, pastilah susah.

Cacak

Arti cacak itu ada tiga, yaitu (1) piranti kanggo ngrajang tembako, alat untuk merajang  lembaran daun tembakau sehingga menjadi lembut, (2) coba-coba, jajal-jajal; mencoba dan mencoba; dan (3) cacak juga berarti pancen, mula nyata, maksudnya, ungkapan menegaskan bahwa memang seperti itu keadaannya.

Nah ………peribahasa atau paribasan kalah cacak, menang cacak, terkait dengan arti kedua itu, yakni kabeh apike kudu dicoba dhisik, apik apa elek, pikoleh apa ora; hampir segala hal itu perlu pembuktian lewat dicoba dulu.

Makna terdalam yang terkait pemilu, kalah cacak, menang cacak artinya semua yang mencalonkan diri pasti mengawali dengan coba-coba, begja-bejan, embuh tuna embuh bakal bathi; embuh menang, embuh kalah. Siapa pun dapat dipastikan  bermodalkan untung-untungan, menang untung, kalah buntung.  Pastinya begitu.

Baca juga Tamat, Djum!

Paribasan ini menegaskan dan tentu saja mengajarkan  bahwa tetap saja ada yang tidak atau belum pasti dalam hidup ini. Selalu ada misteri. Dalam hal mencalonkan diri dalam pilpres maupun pileg, bersikap kalah cacak, menang cacak tentulah sikap paling etis karena tidak jemawa, tidak mentang-mentang seraya berujar  “aku pasti menang/terpilih.”

Tetap ada misteri, embuh menang, embuh kalah, dan setelah melewati berbagai proses, tanda-tandanya sekarang semakin jelas, lalu dapat berucap: “Syukur pada Allah, aku terpilih.” Dapat juga sebaliknya: “Aku belum terpilih, matur nuwun Gusti, kula  diparingi pitedah; terima kasih Tuhan   saya diberi pelajaran berharga.

Kalahan vs Menangan

Kalah bermakna dua, yaitu kasoran, maksudnya dadi asor, menjadi di bawah; dan isih diungkuli liyane, masih ada yang lebih unggul. Dalam konteks arti ini, ada ungkapan kalahan, menggambarkan orang atau pihak yang ajeg kalah terus, utawa tansah kalah; sudah mencalonkan diri beberapa kali, tetapi slalu kalah.

Orang atau partai semacam inilah yang diebut kalahan, tansah kalah  Pertanyaannya, bagaimana mungkin sudah sering kalah, kok masih saja mencalonkan diri? Barangkali orang atau partai seperti ini menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan pertanyaan utama, misteri apa yang dihayatinya: Kalahan kok ya isih nyalonnnnnn terus?

Baca juga Lingsir

Tentang tembung menang, juga bermakna dua, pertama, bisa ngalahake mungsuh(e), dapat mengalahkan musuhnya; dan arti kedua, luwih unggul tinimbang …….. , orang itu atau partai itu lebih unggul daripada ……….. (calon lain, atau partai lain). Orang semacam itu disebut menangan,  tansah  menang mungsuh sapa wae; melawan siapa pun atau partai apa pun, ia selalu menang. Menangan.

Pertanyaannya tentu berbeda dari pertanyaan untuk yang kalahan. Bagi yang menangan, tentu siapa pun bertanya-tanya:  “Resepnya apa sih, kok dapat menang terus?

Selamat untuk semuanya. Bagi yang menang, selamat berjuang dan mengabdi negeri secara nyata dan legal secara yuridis, karena itu hukumnya wajib. Bbagi yang sedang mengalami kekalahan, silahkan menikmati kesedihanmu dulu, tetapi nanti segera move on nggih. Anda tetap punya hak untuk juga mengabdi negeri lewat apa pun. Tetap kita gaungkan lagu Bagimu Negeri.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University