blank
Ilustrasi. Reka: SB.ID

JC Tukiman Tarunasayogablank

ADA suatu siang, mendadak sontak, di salah satu group WA saya terjadi debat dan tidak kalah seru dibandingkan dengan debat capres-cawapres di televisi itu. Topik debatnya semakin terfokus kepada nyalahke partai mengapa memilih dan mendukung si Polan menjadi capres dan si Dadap cawapresnya.

“Harusnya yang dipilih dan didukung kan si Suta dan Waru.” Pendebat lain “menyerang” dengan mengatakan: “Suta bisa apa, apalagi Waru? Mendhing Polan dan Dadap.” Namanya debat di group WA, celoteh lain muncul dengan usulan anehnya: “Seharusnya ada paslon, sebutlah si Bolang dan Baling itu, berani menolak tidak perlu ada debat.”

Lalu ia berargumentasi: Macron (Perancis) menolak debat, tetapi ia rajin mengundang stasiun televisi untuk entah pidato, entah kampanye sendiri; ehhhhhh ternyata Macron menang, kan? Itulah gambaran konkret daya tariknya pilpres dalam Pemilu2024 ini, sampai-sampai ada yang menulis: “Wis ta saiki iki sing penting, kancamu sak kasur, tanggamu sak sumur, lan kabeh sak sedulurmu (teman sekasurmu, tetangga satu sumurmu, serta saudara-sadaramu) ajaklah membulatkan pada satu pilihan saja.

Baca juga Mandheg

Debat tentang mengapa si  dia kok bukan lainnya  yang dicapres atau cawapreskan tidak ada artinya dan tidak akan mengubah apa pun, karena semua proses sudah berlangsung. Terpenting sekarang ini ialah gemblengke pilihan.

Gembleng

Bacalah gembleng ini seperti Anda mengucapkan kok kamar ini peteng (gelap), atau matanya merem (terpejam), atau bisa juga Anda sedang bergumam: Wahhh, lemper ini enak banget.  (Catatan: Adalah salah makna kalau Anda salah ucap atas gembleng ini, misalnya diucapkan:  Kader-kader harus kita gembleng (dilatih secara ketat/keras) sedemikian rupa agar menjadi orang yang militan).

Gembleng (seperti mengucapkan lemper) sebagaimana seseorang di group WA tadi yang mengajak “Yukkk gemblengke pilihan” memang bermakna gunggung kumpul dadi siji, juga bermakna dikumpulake dadi siji. Artinya, mari semua kekuatan (pilihan) kita satukan, kita fokuskan saja menjadi satu.

Dalam konteks pilpres, karena saat ini ada tiga paslon, nah …… berhubung waktunya semakin dekat ke Rabu, 14 Februari 2024, pilihan kita fokuskan saja ke satu paslon saja. Saat ini sudah bukan waktunya lagi untuk berdebat atau memperdebatkan ketiganya, kecuali gemblengke ati untuk ke satu paslon sebagai pilihan.

Gemblengke tekad menjadi penting di saat-saat sekarang ini agar tidak tergoda oleh macam-macam iming-iming yang mungkin aka nada sampai dengan hari H nanti. Wis, ayo sing gembleng wae, dan ajaklah teman sekasurmu, tetangga sesumurmu, dan sanak sedulurmu agar gemblengke niat, lalu berucaplah: “Niat ingsun, suk 14 Februari 2024 nyoblos …..”

Awas, aja gemblung

Membulatkan tekad dan niat, itulah intinya gembleng; namun begitu,  hendaklah  mental ini terkontrol baik agar tidak berubah menjadi gemblung. Pemilu, berdasarkan pengalaman di mana-mana,  dampak memrihatinkan yang sering muncul ialah ada saja orang yang mendadak gemblung, dadi edan, dadi gendheng.

Baca juga Prakiraan dan Greget Politik 2024: Realistis Wae Yuk

Nahhhh itulah arti gemblung, yakni tiba-tiba (??) ada saja orang stress berat lalu menjadi gila (edan), menjadi gendheng (gila). Mengapa bisa terjadi seperti itu? Bermacam ragam pemicunya, dan tentu antara lain karena secara mental ia tidak kuat menanggungnya, entah karena lalu hutangnya banyak sekali sementara ora dadi. Entah pula ada tekanan politis dari lawannya atau bahkan mungkin dari teman sendiri, dll. Intinya, wis, aja dadi gemblung.

Tantangan konkret kadang dapat terjadi, contohnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita menemui ada saja wong gemblung jinurung, di tempat lain disebut wong edan kewarisan. Apa itu maksudnya?

Orang itu sebenarnya bukan orang baik-baik saja, atau mungkin justru tergolong wong gemblung; namun karena ada dukungan fasilitas, finansial, mungkin juga dukungan penguasa dan/atau pengusaha, maka jadilah dia memeroleh posisi  (tinggi).

Mari, gemblengke ati, niat lan karep, kita satukan seluruh kekuatan cipta, rasa, dan karsa untuk hanya memilih salah satu saja dari tiga paslon; jangan tergoda oleh berbagai iming-iming yang mungkin sudah di depan mata dan tinggal menerima saja. Namun, awas aja dadi gemblung.

JC Tukiman Tarunasayoga Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University