Penulis : Farih F. Mirza

Setelah berpuasa satu bulan lamanya

Berzakat fitrah menurut perintah agama

Kini kita beridul fitri berbahagia

Mari kita berlebaran bersuka gembira…

Lirik lagu ini  sering kita dengarkan setiap Idul Fitri datang sebagai bentuk suka cita atas kemenangan setelah 1 bulan umat Islam menjalankan puasa di bulan Ramadan. Idul Fitri bagaikan 2 sisi yang saling bertolak belakang, di satu sisi umat Islam bersuka cita atas kemenangan menyelesaikan puasa selama 1 bulan, namun di sisi lain idul fitri menjadi sebuah kesedihan karena harus berpisah dengan bulan yang begitu berharga untuk ditinggalkan karena begitu banyak bonus yang diberikan Allah di bulan itu bagi orang yang berpuasa dan mengisinya dengan berbagai amal ibadah.

Idul Fitri berarti kembali ke fitrah. Idul fitri bukan sekadar merayakan selesainya puasa, tetapi juga kembalinya kita pada kesucian hati, seperti bayi yang baru lahir. Di Indonesia secara umum Idul fitri dikenal juga dengan lebaran. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) lebaran artinya hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 syawal setelah menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Lebaran berasal dari kata lebar yang dalam berbagai bahasa daerah memiliki makna selesai, luas atau lapang. Ada juga yang menganggap lebaran berasal dari basa daerah luber yang artinya melimpah.

Lebaran selain identik dengan kata lebar atau luber juga sering kali dikaitkan dengan beberapa kata yang mirip namun memiliki makna berbeda, diantaranya adalah kata lebur, labur dan juga libur. Meskipun memiliki arti dan makna yang berbeda namun kelima kata tersebut dapat menggambarkan spirit Idul Fitri yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita.

Lebar

Kata lebar bisa dibaca dengan 2 pelafalan yang berbeda dan memiliki arti yang berbeda juga. Lebar bisa berarti luas dalam pelafalan bahasa Indonesia dan lebar bisa juga berarti selesai dalam pelafalan jawa.

Makna “Lebar” dalam Konteks Selesainya Puasa

Puasa Ramadan merupakan ibadah yang penuh dengan pengorbanan dan perjuangan. Selama sebulan, umat Islam menahan diri dari makan, minum, serta hawa nafsu lainnya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Pada akhirnya, setelah sebulan penuh berpuasa, umat Islam merayakan Idul Fitri sebagai simbol kemenangan atas hawa nafsu dan berhasilnya menunaikan ibadah tersebut. Istilah “lebar” di sini mengandung arti bahwa puasa telah selesai dengan penuh kemenangan dan kedamaian.

Dalil yang mendasari hal ini adalah firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 185: Bulan Ramadaan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS. Al-Baqarah: 185)

Setelah menjalani bulan Ramadaan dengan penuh ketekunan, umat Islam merayakan Idul Fitri sebagai tanda telah selesainya ibadah puasa dan penyucian diri.

Makna “Lebar” dalam Konteks Luasan Kebahagiaan

Lebaran tidak hanya merupakan waktu untuk merayakan berakhirnya ibadah puasa, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan, berbagi kebahagiaan, dan saling memaafkan. Konsep “lebar” dalam hal ini lebih mengarah pada kebahagiaan yang menyebar luas kepada semua orang. Ketika seseorang berhasil menjalani ibadah Ramadlan dengan baik, ia merasakan kedamaian batin yang tidak hanya dirasakan sendiri, tetapi juga dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya.

Kebahagiaan Idul Fitri tidak hanya dirasakan sebagai kebahagiaan pribadi, tetapi juga sebagai kebahagiaan bersama dalam masyarakat. Oleh karena itu, kebersamaan, saling memberi, dan memberi maaf menjadi tradisi yang sangat penting di hari raya ini. Ini adalah ekspresi dari “lebar” yang menyebar kepada setiap orang yang merayakan Idul Fitri.

Idul fitri juga sebagai manifestasi keberhasilan orang beriman dalam meraih luasnya pengampunan dari Allah atas semua dosa yang dilakukannya sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW dalam salah satu riwayatnya : Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lebur

Lebur dalam KBBI diartikan dengan luluh atau hancur mencair. Makna “lebur” dalam Idul Fitri tidak hanya mencakup hancur / luruhnya dosa bagi orang yang beriman yang berpuasa Ramadan sebagaimana hadits di atas, tapi lebur juga  mencakup penyucian diri. Setelah bulan Ramadaan yang penuh dengan ibadah dan doa, setiap muslim berusaha untuk menyucikan diri dari dosa dan kesalahan, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Selesainya ibadah puasa pada bulan Ramadlan menjadikan seseorang kembali seperti fitrahnya, bersih dari dosa, dan siap untuk memulai lembaran baru dalam kehidupannya.

Proses peleburan dosa pada saat idul fitri khususnya di Indonesia tercermin dari dari tradisi halal bi halal di mana sesama umat Islam saling bermaaf-maafan dengan harapan agar dosa antar sesama manusia (haqqul adami) dapat lebur dan diampuni.

Proses peleburan dosa juga dilakukan dengan menunaikan zakat fitrah yang ditunaikan sebelum pelaksaan sholat Idul Fitri (malam takbiran). umat Islam membersihkan diri dan hartanya agar dapat merayakan hari kemenangan ini dengan penuh kesucian. Al-Qur’an menunjukkan pentingnya penyucian diri ini dalam Surah At-Tawbah ayat 103: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka… (QS. At-Tawbah: 103).

Labur

Di beberapa daerah ada tradisi yang mengiringi lebaran berupa “laburan” atau tradisi mengecat rumah sehingga memiliki nuansa yang berbeda. Hal ini tidak terlepas dari kata “labur” yang mempunyai arti “cat kapur” atau secara luas labur dapat diartikan dengan mengecat. Seperti dalam ungkapan “saya melabur tembok rumah”, artinya saya sedang mengecat rumah.

Dalam konteks ini, laburan dapat dimaknai sebagai ungkapan akan pentingnya mengecat dan mendesain hati dengan cat yang indah dan cantik, setelah sebulan Ramadlan dilatih dan didandani, sehingga tampak indah, cantik, dan menawan dalam tata pergaulan dengan sesama. Tidak ada lagi celah kebencian dalam hati, dibuangnya jauh-jauh suudzon (prasangka buruk) pada sesama, dan lain-lain.

Luber

Luber dalam KBBI artinya melimpah, meluap. Luber secara lebih luas dapat diartikan sebagai tindakan yang luman (tidak pelit), dermawan, suka berbagi, berempati, dan bersimpati pada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Sikap luber pada saat idul fitri sangat terlihat dari tradisi lebaran yang ada di Indonesia dengan menyuguhkan berbagai sajian kepada para tamu mulai dari tetangga sampaisanak saudara yang datang. Dalam tradisi lebaran / bodonan ini tidak mengenal kaya miskin, semua umat islam di Indonesia apapun kondisi ekonominya akan berusaha untuk menyajikan sesuatu kepada tamunya.

Tradisi ini mengajarkan kepada kita tentang nilai penting saling berbagi, memuliakan tamu dan juga bersedekah. Allah telah mengajarkan kepada umat Islam untuk dapat berbagai dalam keadaan papun baik lapang maupun sempit sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 134 : (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. Ali Imran: 134). Di dalam ayat sebelumnya Allah telah menjanjikan balasan surga yang luasnya seluas langit dan bumi kepada orang bertaqwa yang memiliki 3 kriteria tersebut yaitu orang yang mau berbagi dalam keadaan lapang maupun sempit, kepada orang yang bisa mengendalikan amarahnya dan orang yang mau memaafkan orang lain.

Libur 

Di Indonesia maupun di berbagai negara lain yang mayoritas pemeluknya beragama Islam menjadikan idul fitri sebagai hari libur nasional. Libur dalam idul fitri memiliki banyak makna dan manfaat. Di satu sisi, libur dalam Idul Fitri atau Lebaran merupakan kesempatan untuk bersantai, beristirahat, dan berkumpul bersama keluarga. Hal ini disamping memiliki manfaat psikologis dalam menyeimbangkan ritme kerja juga bermanfaat untuk meningkatkan support sistem dan daya dukung sebuah keluarga.

Di sisi lain, libur panjang selama idul fitri juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan silaturahim baik antar tetangga, saudara, teman maupun kolega bisnis.

Secara tidak langsung silaturrahim merupakan perintah langsung dari Allah sebagaimana firmannya dalam surat An-Nisa’ ayat 36 : “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS An-Nisa. : 36)

Selain merupakan perintah dari Allah, silaturrahim juga memiliki manfaat yang luar biasa sebagaimana dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi.” (HR. Bukhari).

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari Idul Fitri ini untuk menjadikan kita lebih baik dalam semua hal. Selamat merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah Minal Aidin Wal Faizin, Mohon maaf lahir dan batin.

Penulis adalah Ketua YPI Al-Faqih & Ta’mir Masjid Baitus Sholihin, Kecapi