blank
Ilustrasi. Reka: wied

blankJC Tukiman Tarunasayoga

SEGALA sesuatu di dunia ini, orang, barang, dan apa pun lainnya,  harus dipercaya memiliki kekuatan tertentu. Dan kekuatan itu saling menguntungkan di satu sisi, namun di sisi lain bila tidak diterapkan secara cermat akan membawa kerugian.

Angin contohnya, memiliki daya atau kekuatan luarbiasa yang sangat dibutuhkan oleh apa pun dan siapa pun. Namun angin pula sering “dituduh” oleh manusia sebagai pembawa penyakit, masuk angin sekurang-kurangnya; padahal sangat sering orang merasa masuk angin akibat dari ulahnya sendiri yang tidak cermat karena berangin-angin.

Segala sesuatu memiliki daya kekuatan, namun semuanya itu sangat mungkin dapat ngabar. Seseorang, dulunya punya kekuatan, kekuasaan, wibawa, dsb. akan tetapi sangat mungkin semuanya itu entah perlahan entah tiba-tiba ngabar.

Aroma tembakau, bunga, makanan dll masing-masing punya kekhasannya, dan orang tahu “Ohhhh enak benar aroma martabak ini,” atau “Aduh wanginya bunga kemuning.” Namun ……….. lagi-lagi semua bisa ngabar karena suatu sebab. Angin sepoi menyebarkan aroma martabak atau bunga kemuning sedemikian nikmatnya, padahal ketika angin itu kencang melaju, hilanglah aroma-aroma itu. Ngabar.

Apa itu?

Ngabar, seperti sudah disebut-sebut lewat berbagai contoh di atas, bermakna ilang utawa entek daya kekuatan lan khasiate; semua kekuatan yang ada di dalam suatu barang/benda itu, atau juga yang dimiliki oleh seseorang ternyata hilang/habis.

Baca juga Balada Menipisnya RIW: Rikuh, Isin, lan Wirang

Hilangnya daya atau kekuatan ini suatu keniscayaan, tidak boleh ditunda, atau pun diperpanjang manakala sudah sampai saatnya, pasti hilang.

Sehebat apa pun kekuatan seseorang, pada saatnya nanti akan habis atau lambat-laun hilang juga; sama halnya sekuat apa pun angin menerpa, pada saatnya akan mereda. Perlu diingat, hilangnya daya ini dapat terjadi karena (a) memang sudah waktunya, (b) karena kesalahan yang bersangkutan sendiri, (c) karena membusuk, makanan, buah-buahan, bunga,  misalnya; (d) mula pancen dikarepake, memang disengaja atau dimaui, serta (e) wis kersane kang Mahakuwasa, sudah tiba nasibnya.

Elinga

Saat sekarang ini, tepatnya di masa kampanye ini, banyak sekali orang yang terlibat untuk “berebut” kekuatan, kekuasaan, wibawa, pangkat derajat, serta kedudukan. Bagaikan bunga, inilah saatnya semua pihak itu sedang menunjukkan kebolehannya, keindahannya, aromanya, dan semua itu dipertontonkan secara gambling.

Tegasnya, semua pihak sedang berusaha tampil paling menarik, indah, elegan, penuh janji, berwibawa. Siapa melihatnya atau mendengarnya; atau siapa saja membau aromanya; wahhhhhh pasti tertarik karena memang penuh daya tarik.

Akan tetapi, kabeh padha elinga, semua pihak hendaknya ingat, betapa pada saatnya nanti kabeh mau bakal ngabar, semua hal yang dipertontonkan itu pada saatnya nanti akan kehilangan dayanya (ngabar) karena suatu sebab.

Baca juga Kentekan Abab

Akan terjadi ngabar karena kesalahan yang dibuatnya sendiri, mungkin juga karena membusuk akibat ada kelalaian; mungkin juga karena dibuat begitu oleh pihak lain. Dan sangat mungkin karena memang kersane Gusti.

Ajakan atau imbauan paling etis  memang: Kerjakan sebaik mungkin apa yang memang menjadi kewajiban dan tanggung jawab Anda. Kalau tugas dan kewajiban Anda memang  harus netral dalam Pemilu ini, yah sebaiknya netrallah daripada nanti ngabar.

Kalau memang Anda harus jujur, maka bersikap tidak memihak serta jujurlah, sebab ketika daya jujurmu nanti ngabar, Anda akan menjadi seperti buah yang membusuk dalam waktu secepatnya. Jangan memertaruhkan nama baik, nama besar hanya karena Anda seharusnya netral namun ngabar karena menjadi tidak netral.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University