Ilustrasi. Wied

JC Tukiman Tarunasayoga

PARA politisi selalu bilang: Politik itu dinamis.  Ungkapan itu seolah-olah “menyelesaikan” atau dianggap sudah menjawab berbagai perasaan kaget, bengong, cingak, jengkel dan sebagainya, manakala tiba-tiba saja ada pihak-pihak yang jebule dadi slilit, lan dadi klilip.

Misalnya, awalnya mulus-mulus saja, tenang-tenang tidak ada gejolak apa pun, namun tiba saatnya ketika “kepepet,” ternyata berubah total lalu mengkal-mengkal kaya jaran, berubah perangai seperti kuda yang kaki belakangnya selalu disepakkan ke belakang.

Mengapa seseorang atau beberapa orang berubah begitu? Embuh! Kalau jaran mengkal sih gampang ditebak mengapanya.

Slilit

Boleh dipastikan hampir setiap orang pernah mengalami sliliten, yakni untune ketlusupan slilit; ada sisa makanan menyangkut di sela-sela gigi. Orang sliliten seperti itu pasti merasa terganggu, tidak nyaman dan kepingin segera menghilangkannya dengan berbagai cara. Kalau tidak ditemukan tusuk gigi, orang sering cari-cari barang kecil apalah yang penting dapat untuk “mencungkil” slilit itu sesegera mungkin.

Barang yang tersangkut atau menyangkut di sela-sela gigi itu pasti sangatlah kecil, wis ora ana rasane maneh. Kalau pun slilit itu daging ayam, apalah artinya barang sekecil itu. Namun karena turahaning pangan (daging) sing sumlempit ing sela-selaning untu itu benar-benar membuat tidak nyaman, sangat boleh jadi membikin jengkel “penderitanya.”

Saat-saat sekarang ini, para politisi yang gemar mengatakan “politik itu dinamis,” ada di antara mereka sedang mengalami sliliten, karena ada slilit di sela-sela giginya. Pertanyaannya memang: Siapa saja yang sliliten ya? Dan tentu saja pertanyaannya: Siapa yang dadi slilit itu? Khalayak ramai pasti tahu jawabannya, silahkan jawab agar rasa kaget, bingung, bengong, jengkel Anda minimal terurai sedikit.

Klilip

Jika sliliten diderita hanya oleh dia (mereka?), sebutlah orang yang bersangkutan saja; berbeda rupanya bagi dia (mereka?) yang saat ini mengalami klilipen.  Apa yang membedakan? Orang mengalami klilipen manakala matane kelebon rereged, ada kotoran nyangkut atau masuk ke dalam matanya.

Jika terjadi seperti ini, bukan saja menyebabkan mata terasa tidak enak, melainkan juga sangat mengganggu. Klilipen dapat merusak mata apalagi kalau dikucek-kucek secara tidak hati-hati.

Orang klilipen karena ada klilip di matanya. Klilip bermakna dua, yaitu (1) rereged sing mlebu ing mata, ada kotoran masuk ke dalam mata; dan (2) apa wae utawa sapa wae kang jalari ora seneng, apa/siapa pun yang menyebabkan ada perasaan tidak senang. Itulah klilip.

Baca juga Ora Get-geten

Saat-saat sekarang ini, mereka yang selalu bilang “politik itu dinamis,” sangat mungkin di antara mereka sedang mengalami klilipen karena ada klilip masuk ke matanya. Pertanyaannya memang: Siapa saja sedang klilipen saat ini? Dan tentu saja, pertanyaan ikutannya yang lebih gawe jengkel, sapa sing dadi klilip kuwi?

Masyarakat khalayak ramai pasti tahu orang-orang yang sedang klilipen itu dan siapa klilipnya. Cukup sampai di sinikah? Pasti tidak, karena orang yang agawe ora seneng itu bukan saja dianggap sangat menjengkelkan, melainkan juga bisa jadi memalukan.

Moral

Pribadi-pribadi  yang saat ini sedang dadi slilit lan dadi klilip  memang sedang dadi pocapan, sedang jadi buah bibir khalayak ramai. Apakah orang-orang itu lalu dianggap memalukan, saat ini mereka memang sedang terjangkit “EGP” cuek bebek. Dan inilah realitas sosial dunia politik praktis kita.