Dan sejak saat itulah revitalisasi Kota Lama dimulai. Memang tidak gampang dan butuh waktu panjang. Setelah sekitar delapan tahun, kini Kota Lama Semarang sudah menunjukkan dirinya sebagai sebuah destinasi wisata berpengaruh.
Setiap hari selalu terlihat wisatawan yang datang, dan banyak yang berasal dari luar kota. Bahkan sangat sering dijumpai wisatawan berambut pirang berkulit putih menikmati suasana di sini. Barangkali mereka sekaligus menengok tempat kakek buyut atau canggahnya yang pernah tinggal di kawasan ini.
Setiap Jumat malam dan Sabtu malam, akses utama menuju Kawasan Kota Lama yaitu Jalan Letjen Suprapto tertutup bagi kendaraan bermotor. Ini menunjukkan bahwa Kawasan itu selalu padat pada akhir pekan. Belasan bus tampak parkir di Kawasan Kota Lama, menunjukkan banyaknya wisatawan yang datang ke sini.
Atraksi di Kota Lama
Banyak even yang digelar di Kota Lama Semarang ini. Terutama pada masa-masa peringatan HUT Kota Semarang bulan Mei. Kemudian, sebulan sekali setiap hari Rabu malam, ada penampilan music keroncong di Taman Srigunting, dekat Gereja Blenduk.
Pada hari biasa, malam hari juga sering dijumpai pemain musik jalanan yang tampil di sana. Ada yang dalam format grup, ada pula yang solo, misalnya bermain violin di jalanan. Pernah juga berlangsung flash mob, ratusan orang menari bersama-sama di kawasan ini.
Kesenian tradisional juga sering tampil di sini, misalnya wayang on the street. Pentas wayang orang tidak di panggung tetapi di jalanan. Kemudian Monod Huis di Jalan Kepodang juga menjadi pusat kegiatan seni tradisional seperti Latihan wayang dan karawitan.
Bangunan-bangunan lama yang dulu kumuh dan angker, kini juga sudah bersinar. Banyak yang kemudian beralih rupa jadi resto atau kafe. Kemudian disediakan pula bangunan di samping kanan Gereja Blenduk untuk dijadikan pusat penjualan barang-barang antik.
Kesan Wisatawan
Andre, warga Berbah Yogyakarta, mengaku sangat terkesan saat berkunjung ke kawasan ini. Dia mengagumi bangunan lama yang kini terawatt. “Dulu saya pernah lewat sini, suasananya kumuh dan semrawut,” kata Andre.
Dia mengaku senang bisa foto-foto di depan Gereja Blenduk dengan atraksi ada sepeda hias, becak, motor lawas, dan sebagainya. “Foto di sini bergaya naik Vepa dengan sijspan dengan latar belakang bangunan kolonial, wah menarik sekali,” kata dia.
Hal yang sama diakui oleh Gleys, mantan mahasiswa Undip yang kini bekerja di sebuah BUMN di Jakarta. “Waktu saya masih kuliah di Semarang, Kota Lama belum seperti ini. Sekarang bagus banget,” kata perempuan asal Tebingtinggi Sumatera Utara ini.
Saat dia mendapat tugas ke Semarang beberapa hari lalu, menyempatkan diri untuk mengunjungi Kota Lama. “Sayang saya tidak sempat menikmati Kota Lama pada malam hari. Tetapi setidaknya senang sekali bisa ke Kota Lama meski saat siang panas seperti ini,” katanya.
Di sini bisa berfoto dengan setting yang instagramable. Bahkan batu bata yang sudah terlepas dari semen yang menempelnya, menjadi sesuatu yang eskotik. Kemudian pohon-pohon yang tumbuhnya menempel di tembok, menunjukkan eksotika dan umur pohon tersebut.
Berbeda dengan Uswatun, perempuan asal Yogya yang sempat menikmati Kota Lama pada malam hari. Dia mengaku sangat terkesan. Suasana malam hari yang ramai, dengan kawasan yang tidak ada kabel pating klawer (semrawut), sehingga bisa menikmati keindahan bangunan dengan leluasa.
Aneka Kuliner
Bagaimana bila perut menuntu diisi atau kerongkongan kering saat jalan-jalan di Kota Lama. Ini pun buka hal yang mengkhawatirkan. Karena banyak sekali resto dan kafe di sini. Bagi yang pingin menikmati kuliner khas Semarang, juga ada.
Bagi yang suka sate-gulai, ada juga nasi koyor di dekat Gedung Marba. Ada juga gulai Bustaman yang benar-benar khas Semarang di kompleks asrama CPM, belakang Gereja Blenduk. Warung-warung juga bisa dijumpai di Kawasan jembatan Mberok. Ada nasi goreng Pak Karmin.
Di dalam kawasan juga ada minimarket, yang bila pengunjung memerlukan sesuatu juga bisa denga gampang mendapatkannya. Untuk mendapatkan souvenir, bisa masuk ke Gedung yang berjualan barag antik dan aneka suvenir.
Ayo yang belum pernah ke sini, kapan datang ke Kota Lama Semarang?
Widiyartono R.