SALATIGA (SUARABARU.ID) – Puluhan stand pancaragam khas etnis dari Sabang hingga Merauke berjajar dalam acara Culture Acoustics Food Fest, Kamis (08/06/2023) siang.
Di acara yang menjadi bagian dari Indonesian International Culture Festival (IICF) 2023 ini, pengunjung diajak “berkeliling Indonesia” lewat suguhan makanan, ragam pakaian adat, serta pernak-pernik etnis yang ada di stand.
Dua puluh dua etnis yang ada di UKSW hadir memperkenalkan serba-serbi makanan khasnya sebagai penciri masing-masing daerah. Selain etnis di Indonesia, Culture Acoustics Food Fest ini juga diikuti perwakilan dari Filipina.
Di salah satu stand, dua mahasiswa yang mengenakan pakaian adat Toraja menyambut ramah para pengunjung. Juntaian aksesoris yang biasanya digunakan dalam acara pernikahan adat Toraja menghiasi stand Persekutuan Keluarga Mahasiswa Siswa Toraja Salatiga (PKMST) ini. Dikenal dengan sebutan Kandaure, aksesoris ini menarik perhatian pengunjung.
Kuliner Toraja seperti kue Tori’ yang bentuknya hampir menyerupai atap rumah khas Toraja dan kopi Toraja memiliki rasa asam yang bisa dinikmati pengunjung.
Stand unik yang tak kalah menarik perhatian pengunjung adalah dari Perhimpunan Keluarga Kalimantan Salatiga (PERKKASA). Stand ini dihiasi dengan baju adat Kalimantan dan Langkanak, alat yang biasanya digunakan saat gawai adat. Selain itu ada juga senjata tradisional Kalimantan dilengkapi dengan aksesoris tengkorak monyet dan kain merah mewarnai stand tersebut.
Masuk ke dalam stand, pengunjung bisa menjumpai beberapa makanan khas yang ditampilkan antara lain Doko-Doko dan Kue Choipan. Andrianus Micco menuturkan kue Choipan merupakan makanan khas dari Kalimantan tepatnya di Singkawang, yang terbuat dari tepung kanji, beras, tapioka dengan isian udang ebi dan bengkoang. Makanan ini umumnya menjadi makanan khas orang-orang Tionghoa yang ada di Singkawang.
Mahasiswa UKSW lintas fakultas dan etnis nampak antusias mengunjungi Culture Acoustics Food Fest hari ini. Salah satunya adalah Tommy Mozes Lalang. Mahasiswa Fakultas Psikologi ini mengaku bahagia karena bisa menemukan dan merasakan berbagai makanan daerah yang ada di Indonesia di acara ini.
“Ternyata rasa Indonesia sangat beragam dan ada makanan yang belum saya temukan juga di daerah saya. Saya sangat menikmati kegiatan ini, tidak lupa bisa menikmati juga lagu dari daerah yang dinyanyikan,” tutur mahasiswa asal Makasar ini.
Lainnya, Syifa’ Auliya Najwa mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) mengatakan acara hari ini memperkenalkan banyak ciri khas dari berbagai daerah seperti makanan, pakaian adat dan lagu daerahnya. Mahasiswa asal Purwodadi ini, menyebutkan dari acara ini pengunjung dapat mengetahui beragam etnis yang ada di UKSW.
Mengapresiasi kreativitas
Tidak ketinggalan, Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, SE., M.Si., Ak., juga berkesempatan berkeliling mengunjungi 23 stand yang ada. Rektor Intiyas mengapresiasi positif kreativitas mahasiswa dalam melestarikan kebudayaan Indonesia. Melalui kegiatan ini berbagai macam etnis disatukan, bisa saling mengenal satu sama lain, salah satunya lewat kuliner yang disajikan. Ditegaskannya, inilah penciri dari UKSW yang senantiasa menjaga keberagaman.
Rektor Intiyas berharap kegiatan ini ke depannya dapat berkembang tidak berhenti sekedar acara ceremony saja. “Saya berharap kegiatan ini bisa rutin dijalankan dan ke depannya bisa ditambahkan story telling tentang sejarah makanan atau minumannya, sehingga dapat memberikan informasi kepada pengunjung,” katanya.
Rangkaian IICF ini masih akan berlangsung sampai Juli mendatang, akan dimeriahkan dengan pawai budaya pada tanggal 17 Juni 2023, pesta budaya pada tanggal 26-28 Juli 2023 dan closing ceremony sebagai acara puncak pada tanggal 29 Juli 2023.
wied