blank
Kasino di Genting Highland. Foto: Malaysiakini

blankSUATU hari datang tamu (pembaca buku) dari negeri tetangga. Awalnya dia mengutarakan ingin belajar ilmu hikmah. Pada hari ketiga kedatangnya, dia mengutarakan ingin mencari guru yang bisa melihat benda dalam posisi tertutup.

“Saya banyak utang, saya ingin selesaikan utang itu dengan main kasino,” katanya jujur. Saya jadi ingat almarhum tetangga saya. Selagi muda dulu oleh guru spiritualnya, dia disuruh menaklukkan bandar judi dadu, namun  hasil perjudian itu tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, niat utamanya untuk membangkrutkan bandar, agar kapok berjudi.

Dulu, saya pernah belajar ilmu seperti itu, namun sebatas ingin tahu saja, dan sejak remaja saya tidak pernah tertarik dengan judi. Dan  berdasarkan pengalaman, ilmu seperti itu tidak bisa untuk menyelesaikan masalah, dan justru menambah masalah.

Saya jadi ingat teman seperguruan saya saat iseng-iseng melihat  arena ketangkasan di sebuah hotel di Semarang. Saat itu, niatnya hanya  untuk ujicoba ilmu yang dulu pernah dia tirakati. Uniknya, sebelum dia sampai arena ketangkasan, dia sudah melihat nomor yang nanti keluar saat dia datang, yaitu nomor 36. Dan ternyata “terawangan” dia itu benar.

Namun ketika dia melarang teman-temannya untuk pasang, karena dia hanya ingin mencoba ilmu dengan cara menebak empat kali putaran dulu, dan jika oke, putaran berikutnya (sekali) dipersilakan.

Anehnya, pada putaran keenam, tebakannya meleset. Dia juga tidak tahu penyebabnya. Menurutnya, bisa jadi hal itu berkaitan dengan jimat penangkal magis dari pemilik tempat judi, atau mereka dijaga-Nya agar tidak makan uang haram.