Pengalaman uji coba itu saya kisahkan  kepada tamu saya, bahwa di seputar perjudian itu juga adu power yang berkaitan dengan metafisis. Tamu itu meyakini sumber kegagalan itu disebabkan penangkal ilmu dari pihak penyelenggara yang disebut super kuat.

Karena saya terus didesak untuk menunjukkan dimana belajar ilmu “tembus pandang” untuk berjudi, saya memberikan informasi palsu bahwa untuk menguasai ilmu judi itu tirakatnya 40 hari puasa plus mutih dan setiap malam Jumah tidur di kuburan.  Mendengar itu dia mengalah karena takut hantu.

Saya juga mengatakan,”Di Indonesia itu ada orang yang punya ilmu tembus pandang, tetapi yang bisa, orangnya tidak mau berjudi, dan yang mengaku bisa, hampir dipastikan dia itu penipu. Bisa-bisa uang judinya dibawa lari.”

Akhirnya tamu itu pamit akan mencari orang pintar di daerah lain. Satu bulan kemudian dia kontak saya, mengabarkan sudah menemukan oran pintar, dan dia diberi azimat untuk judi. “Bagaimana? Bisa menang?” Dan dijawab, “Kalah, pak.” Saya pun tertawa.

Kalau ada orang mengaku bisa judi dan mengaku sudah berhasil menolong puluhan kali, dipastikan dia bohong besar. Orang seperti itu tujuannya agar orang yang sedang terlilit hutang itu menitipkan modal judi kepadanya, dan setelah itu uangnya dipakai, lalu sebagiannya atau seluruhnya dibawa kabur.

Atau jika benar-benar dipakai judi, dengan mengajak orang yang katanya akan ditolong, jika kalah berdalihnya bermacam-macam, mulai dari kesehatannya yang terganggu, atau beralasan : Ini adalah kekalahan saya yang pertama kali, dari sekian kali berhasil.

Dijebak Judi

Tiga bulan kemudian, ada pembaca buku dari negeri tetangga meminta saya datang. Karena dalihnya untuk pelatihan metafisika, saya pun menyetujui. Apalagi saya sudah beberapa kali berkunjung ke negeri itu.

Karena saya juga ada rencana mengunjungi Batam, mereka menunggu saya ,”Kapan ada rencana jalan  ke Malaysia pak?” tanya orang seberang melalui telepon, saya menjawab dalam waktu dekatada rencana ke Batam, kalau bisa sekalian mampir  Malaysia.

Saya ke Batam dan mereka menjemput saya untuk singgah di kediamannya. Begitu sampai di kediamannya, Tuan SG mengajak saya

Nanti bermalam di hotel. “Kita cari hotel yang sejuk, di atas pegunungan.”

Mendengar ajakan itu instink saya jalan, wah, jangan-jangan, seperti yang dulu itu. Dugaan saya ternyata tepat!  Kami berdua melewati jalan berbelok-belok dan menanjak seperti yang dulu pernah saya lewati. Saya kaget ketika mereka berkata Kita menginap di Resort Hotel,” kata Tuan SG.

Tepat pukul 22.00 waktu Malaysia atau 21.00 WIB kami sampai di Hotel. Tuan SG mentraktir saya makan di rumah makan Jawa-Timur. Sambil makan malam, dia bercerita perjalanannya ke Indonesia waktu mencari ilmu untuk berjudi.

Mereka juga menunjukkan beberapa azimat judi yang masih dikantonginya. Instink saya benar. Niat mereka menjemput saya dari Batam itu untuk diajak ke kasino. Mereka mengaku melakukan itu untuk menutup utang-utangnya.

Bersambung

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika