SEMARANG (SUARABARU.ID)– Upaya untuk memperbaiki sistem pengajaran di sekolah-sekolah kejuruan, harus segera dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencetak tenaga-tenaga terampil yang siap memasuki dunia kerja, bisa sepenuhnya direalisasikan.
”Pola pengajaran di sekolah-sekolah kejuruan harus segera direvitalisasi, agar mampu mewujudkan SDM terampil yang siap memasuki dunia kerja,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/2/2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia per Agustus 2022 sebesar 5,86 persen, atau setara dengan 8,42 juta orang dari total angkatan kerja 143,72 juta orang.
BACA JUGA: Kementerian PPPA dan Pemkot Semarang Berkomitmen Tuntaskan Persoalan Perempuan dari Hulu ke Hilir
Berdasarkan catatan itu, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), menyumbang paling banyak pengangguran, yakni 9,42 persen, diikuti lulusan SMA sebesar 8,57 persen, kemudian SMP (5,95%).
Selain itu, TPT dari jenjang Diploma IV, S1, S2, dan S3 menyumbang 4,80 persen, Diploma I/II/III menyumbang 4,59 persen. Sementara TPT yang paling rendah adalah pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 3,59 persen.
Menurut Lestari, catatan itu memperlihatkan adanya persoalan mendasar pada lulusan SMK, yang seharusnya menyiapkan lulusan siap kerja. Tetapi pada kenyataannya, malah menjadi penyumbang angka pengangguran terbesar.
BACA JUGA: UMS Berikan Pembekalan bagi 129 Mahasiswa Lolos Magang dan Studi Independen Besertifikat
Rerie sapaan akrab Lestari berpendapat, perlunya sejumlah perbaikan pada kurikulum SMK, yang belum mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha.
Pola pengajaran sekolah kejuruan yang mampu membangun link and match terhadap perkembangan industri dan dunia usaha, ujar Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, belum sepenuhnya terbangun lewat kurikulum SMK, yang diterapkan saat ini.
Menurut anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, perkembangan yang pesat di dunia usaha dan industri saat ini, harus mampu diimbangi lewat pola-pola pengajaran yang lebih adaptif.
BACA JUGA: Jajaran Setwan Jateng Ikuti Bintek
Transformasi sistem pendidikan lewat program Merdeka Belajar, ujar Rerie, harusnya lebih membuka ruang bagi pola pengajaran di SMK, agar mampu beradaptasi dengan lebih baik.
Selain itu, Rerie mendorong agar segera dibangun kolaborasi yang kuat antara dunia usaha, antar-kementerian dan lembaga pendidikan kejuruan, agar terjalin komunikasi yang intens, terkait kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan di sejumlah sektor.
”Dengan kuatnya partisipasi semua pihak itu, link and match antara dunia usaha dan dunia pendidikan serta industri, dapat segera terwujud,” harap dia.
Riyan