JEPARA (SUARABARU.ID) – Puasa yang kita jalani selama bulan Ramadan pada dasarnya untuk membentuk pribadi yang baik dan mulia. Sebab, jika puasa merupakan jalan atau tangga untuk mencapai maqom taqwa, maka itu sama artinya bahwa puasa membentuk karakter manusia untuk mencintai prilaku baik dan menjauhi prilaku buruk.
Hal tersebut disampaikan M. Latifun, S.Sn,S.T,M.T saat menyampaikan kutbah Idul Fittri yang berlangsung di Masjid Al Ridlo 2 Desa Bulungan, Pakis Aji Jepara, Senin 31 Maret 2025.
Selanjutnya ia menguraikan, karakter demikian inilah yang membuat seseorang menjadi pribadi yang baik dan mulia. “Karena itu manusia mulia bukan karena harta, jabatan status sosial, apalagi nasabnya, melainkan karena karakter dan pribadinya.

Menurut Latifun, yang juga angggota DPRD Jepara, sering terjadi dalam sejarah umat manusia, banyak orang yang memiliki harta berlimpah dan jabatan mentereng, tetapi ia tersungkur menjadi manusia yang hina dan tercela akibat hati, watak dan prilakunya yang buruk. “Kita bisa membaca sejarahnya Qorun dan Fir’aun, sosok-sosok manusia kaya dan punya kuasa yang nyaris tak terbatas, tetapi hidupnya hitam-kelam dan hina-dina sepanjang sejarah karena jiwa dan prilakunya yang buruk dan Nista,” terangnya
Karena itu ia menjelaskan, dalam kehidupan sosial-bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sangat dibutuhkan individu-individu yang berhati baik dan berprilaku mulia. Sebab, kehidupan sosial, mulai dari yang skala kecil seperti keluarga hingga pada yang skala besar seperti negara terdiri atas individu-individu.
“Baik buruknya tata kehidupan sosial, dari yang paling kecil hingga yang paling besar ini sangat ditentukan oleh individu-individu di dalamnya. Begitu pula sebaliknya, baik-buruknya individu juga sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh sistem dan tata sosialnya. Karena itu individu dan lingkungan sosial saling mempengaruhi,” urainya
Selanjutnya, sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai puasa Ramadan, menurut Latifun umat Islam memiliki kewajiban moral untuk membentuk individu yang baik sekaligus lingkungan sosial yang baik. “Apa artinya kita berpuasa selama sebulan penuh, masih ditambah salat tarawih, tadarus al-Qur’an, dzikir, i’tikaf dan ibadah-ibadah lainnya kalau dalam kenyataannya kita gagal menjadi pribadi atau individu yang baik sehingga pada akhirnya kita pun gagal menciptakan kehidupan sosial-masyarakat yang baik,” terangnya. Tentu saja jika demikian, tidak ada yang bisa didapatkan dari puasa dan ibadah Ramadhan kita kecuali hanya haus dan lapar, tambahnya
Tanda bahwa puasa dan ibadah Ramadan kita berhasil adalah jika kita mampu menjadi manusia yang baik dalam status kita sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. “Dalam Islam, membangun individu dan masyarakat yang berkarkater baik dan berakhlak mulia merupakan bagian pokok dari agama. Bahkan standar utama iman dalam agama adalah akhlak yang baik,” ujarnya
Karena itu bisa dipahami bahwa untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar beriman ataukah tidak; benar-benar beragama ataukah tidak, maka lihatlah akhlaknya; lihatlah karakternya; lihatlah prilakunya. “Semakin baik akhlak dan prilaku seseorang, pertanda semakin kokoh iman dan agamanya. Pun sebaliknya, semakin buruk akhlak dan parilaku seseorang, pertanda semakin keropos iman dan agamanya. Sederhananya, orang yang beriman dan beragama pasti berakhlak mulia dan berbudi luhur. Jika akhlak dan prilakunya buruk, maka pertanda iman dan agamanya hanya sebatas topeng alias formalitas belaka,” ungkapnya
Ia juga menjelaskan, para rasul dan shiddiqin dikenal sebagai orang-orang yang memiliki agama dan iman yang kuat karena akhlak dan karakternya baik. Maka bisa dikatakan bahwa akhlak, karakter dan prilaku mulia adalah pancaran iman dan nilai-nilai agama yang ada dalam diri seseorang.
Menurut Latifun, akhlak atau karakter mulia ini mencakup sejumlah nilai-nilai moral yang esensial, seperti kejujuran, kesetiaan, kedermawanan, kemurahan hati, toleransi, kebijaksanan, gotong royong, tolong-menolong, bersikap adil, rasa empati dan sebagainya.
”Salah satu alasan mengapa akhlak mulia sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bermasyarakat, adalah ia merupakan dasar atau landasan interaksi sosial yang sehat. Dengan akhlak mulia, kita akan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain dalam konteks keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,” papar dia
Pada akhirnya ia menjelaskan kejujuran bisa melahirkan kepercayaan, kesetiaan bisa memperkuat ikatan persahabatan, kedermawanan atau kemurahan hati bisa mendorong budaya saling membantu dan tolong-menolong antar sesama terutama kepada mereka yang lemah dan tak berdaya, rasa empati bisa memperkokoh ikatan solidaritas antar individu dan antar kelompok dan seterusnya. “ Terutama saat sekarang, di mana kehidupan kita sedang dilanda berbagai kesulitan utamanya kesulitan ekonomi, maka akhlak mulia mutlak dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat saling peduli, saling berbagi, saling berempati, saling menjaga, saling asah, asih dan asuh sehingga kehidupan sosial kita tetap sehat, aman, dan nyaman,” pungkas M. Latifun, S.Sn, S.T, M.T.
Hadepe