”Sebelum kemerdekaan di zaman dahulu juga tumbuh subur perbudakan dan penindasan. Di zaman perang kedaerahan tidak pernah ada perjuangan yang bisa berhasil karena belum ada alat pemersatu bangsa. Setelah itu mulai munculnya Budi Utomo pada Tahun 1908 sampai 1945 dan dalam rentang waktu itu kita hanya butuh 37 tahun untuk merdeka karena bangsa telah mengenal semangat persatuan dan kesatuan,”ujar Dudung.
Menurut Dudung Kemerdekaan yang diperoleh saat ini diperoleh dari jerih payah dan tetesan keringat dan darah bangsa indonesia. Nilai-nilai kebangsaan muncul jika ada gotong royong. “Ancaman saat ini lebih kompleks karena menyangkut persatuan dan kesatuan bangsa oleh karena itu kita harus merawat nilai kebangsaan dengan menjadi agen yang menjaga nilai dan meneruskan perjuangan dalam menegakkan pancasila di Indonesia,”tandas Dudung.
Populis Agama
Selanjutnya dalam Sambutan dari Menteri agama Yaqut Choulil Qoumas menyatakan bahwa saat ini banyak populis agama yang memiliki semangat keagamaan tinggi tapi tidak mau mendalami nilai agama.
Menurut Yaqut, hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan bahaya, masih banyak orang yang tidak bisa Terima dengan Pancasila dan tidak Terima dengan kenyataan bahwa di negeri ini terdiri dari banyak golongan, suku, bangsa.
Umat hanya mengikuti tokoh agama, jika yang disampaikan benar maka akan timbul kebenaran sebaliknya jika yang disampaikan salah maka akan menimbulkan kesalahan. “Banyak sekali saat ini dakwah agitasi yang mengajari agama tertentu untuk melakukan tindakan bermuatan politik.Pemerintah jadi sasaran dalam dakwah agitasi ini,” ujar Yaqut.
Menurut Yaqut, bila mereka bertemu dengan momentum politik maka mereka akan menjadikan agama sebagai bumper politik. Oleh Karena itu dalam Strategi Kementerian Agama yang bisa dilakukan untuk meredam gejolak tersebut adalah dengan mengidentifikasi pandangan yang berbeda dalam umat beragama dan mencari solusi dengan cara yang menyejukkan.Jangan sampai ada dendam di dalam bangsa.
”Selain itu dengan Moderasi beragama mendorong kita untuk memiliki komitmen kebangsaan yang kuat,” tegas Yaqut.
Tak Hancurkan Tradisi Lama
Pembicara lain Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan menyatakan, sejarah agama-agama termasuk Islam bisa ke indonesia karena akhlak. Banyak tokoh islam yang tidak menghancurkan cara tradisional lama yang telah berkembang di masyarakat karena mereka menghargai budaya bangsa.