SEMARANG (SUARABARU.ID)– Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Tengah terus bergeliat. Selama kepemimpinan Gubernur Ganjar Pranowo, jumlah UMKM meningkat drastis, dari puluhan ribu kini menjadi ratusan pelaku usaha.
Kepala Dinas Koperasi UKM Jateng, Ema Rachmawati mengatakan, dari tahun ke tahun pemerintah provinsi terus membina UMKM. Mulai dari pelatihan, edukasi perizinan hingga pemasaran.
”Pendampingan dan memfasilitasi pemasaran, membantu perlindungan hukum sampai perizinan dan sebagainya,” kata Ema saat dihubungi, Kamis (23/6/2022).
BACA JUGA: Ketum Askab PSSI Wonosobo Minta Suporter dan Official Tahan Diri
Pelatihan yang diberikan dalam setahun, imbuhnya, bisa diikuti hampir 4.000 orang pelaku usaha. Fasilitasi pemasaran dilakukan secara online, dan tiap pelaksanaan diikuti sedikitnya 100 UMKM.
”Kita juga fasilitasi sertifikat halal. Itu tadinya cuma 150 orang, sekarang 500 orang. Empat tahun ini sudah ribuan yang dapat fasilitasi sertifikasi halal,” ujarnya lagi.
Ema menjelaskan, pelatihan dan pembinaan terus dilakukan dengan menggandeng sejumlah marketplace besar. Beberapa program yang digagas Ganjar pun, membantu perkembangan UMKM.
BACA JUGA: 5 UPT di Lingkungan Kanwil Menerima Transfer BMN Kendaraan Roda 4
Di antaranya Lapak Ganjar, Hetero Space, maupun inovasi kredit kerakyatan. Bahkan Hetero Space kini menjadi rumah nyaman bagi pelaku UMKM serta start-up, dan memungkinkan keduanya berkolaborasi dalam mengembangkan bisnisnya.
Untuk membantu permodalan, BUMD maupun pihak swasta pun dilibatkan. Salah satunya menginisiasai Kredit Lapak, kredit plafon rendah yang memang dikhususkan untuk ibu-ibu pedagang pasar tradisional, dan ibu-ibu kreatif rumahan.
Data Dinkop UKM dari tahun 2013, terang Ema, tercatat ada 90.339 UMKM binaan Pemprov Jateng, dan terus berkembang jumlahnya mencapai 177.256 UMKM binaan di tahun 2022. UMKM binaan Jateng ini, didominasi produk makanan dan minuman.
BACA JUGA: Enam Hal Yang Perlu Diketahui Dari Mengonsumsi Mentimun
Ditambahkannya, penyerapan tenaga kerja melalui UMKM terbukti efektif. Berdasarkan data Dinkop UKM, saat ini serapan tenaga kerja dari UMKM sebanyak 1.320.953 orang. Sedangkan pada tahun 2013 hanya 480.508 orang.
”Sangat efisien efektif. Satu UMKM saja paling tidak punya 2-3 tenaga kerja. Ini kan bagus, jadi ada dampak positif juga untuk pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan,” papar Emas.
Nilai asetnya pun meningkat tajam. Tahun 2013 tercatat, total aset UMKM di Jateng hanya Rp 9,634 miliar. Sedangkan di tahun 2022, tercatat total aset mencapai angka Rp 38,719 miliar.
BACA JUGA: Setelah Berhenti 2 Tahun, Event CFD Wonogiri akan Dibuka Kembali
Begitu pula dengan omzet. Tercatat pada tahun 2022 omzet UMKM mencapai Rp 68,387 triliun. Sedangkan tahun 2013 omzet UMKM Jateng hanya Rp 20,355 triliun.
Ema menyatakan, pihaknya akan terus mendorong UMKM Jateng naik kelas. Pekerjaan rumah yang masih diperbaiki adalah, mentalitas dan perilaku dari pelaku UMKM. Dia berharap, pelaku usaha terus bebenah dan bisa meningkatkan kualitasnya.
”Karena banyak yang masih sulit untuk mau berkolaborasi. Kedua perilakunya. Jadi pola pikir, mindset dan attitude itu harus berubah,” tegasnya.
BACA JUGA: Calon Tenaga Migran Jalani Vaksinasi sebagai Syarat Bisa Berangkat ke Korea Selatan
Sementara itu, FX Sugiarto, salah seorang ekonom senior menyebutkan, pembinaan terhadap pelaku usaha kecil ini harus diteruskan. Menurutnya, cara ini tepat dalam konteks pengentasan kemiskinan.
”Maka cara yang paling tepat tetapi tidak bisa langsung kelihatan hasilnya karena itu proses jangka panjang, itu ya memang UMKM, kemudian pertanian,” tutur Sugiarto.
Cara ini dinilai tepat, karena mampu mengatasi kemiskinan dari sisi pendapatan. Menurut Sugiarto, dengan menciptakan lapangan kerja, akan berdampak langsung pada pendapatan.
”Cara yang mendasar ya dengan memperbaiki struktur pendapatan mereka, yakni dengan lapangan pekerjaan yang menghasilkan. Dan UMKM itu menurut saya salah satu cara yang paling strategis, selain di bidang pertanian,” tandasnya.
Riyan