SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melepas dua guru besar yang resmi memasuki masa purnabakti, dalam acara yang berlangsung secara hibrid di Ruang Sidang 2 Gedung dr. Prakosa UNS, Rabu (30/3/2022).
Pelepasan Prof. Dr. Suyitno, M.Pd. dan Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd yang merupakan Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS dipimpin Ketua Dewan Profesor oleh Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.)
Ketua Dewan Profesor oleh Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.D dalam sambutannya menjelaskan, purnabakti adalah penghargaan yang diberikan kepada guru besar atau profesor yang menyelesaikan darma dan baktinya.
“Ketulusan beliau berdua dalam mengukir sejarah menyelesaikan tugasnya masih dalam sehat wal afiat, itu suatu pertanda bahwa beliau betul-betul akan memberikan sebuah lentera baru kepada juniornya untuk kemudian dilanjutkan,” terangnya.
Masih dalam kesempatan sama Wakil Rektor Umum dan Sumber Daya Manusia UNS, Prof. Dr. Bandi M.Si., Ak., mewakili Rektor UNS dalam sambutan mengatakan, kedua guru besar telah menunjukkan dedikasi, loyalitas, keteladanan, dan pengabdian yang luar biasa demi kemajuan UNS.
“Sebagai salah satu bentuk komitmen kami dan penghargaan atas jasa kedua profesor tersebut, saya mengundang kembali Prof. Dr. Suyitno, M.Pd. dan Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. untuk mengabdikan ilmu dan tenaganya sebagai guru besar ber-NIDK di FKIP. Semoga dengan kehadiran kedua guru besar senior ini, UNS akan memiliki kecepatan bergerak mewujudkan mimpi besarnya menjadi world class university,” kata Prof. Bandi.
Masih dalam kesempatan sama Prof. Widha Sunarno menyampaikan pidato dan orasi ilmiah untuk momen purnabaktinya dengan tajuk“Pembelajaran IPA (Fisika) yang Menarik, Menantang, dan Menyenangkan (PF3M)”.
Konsep-konsep fisika yang abstrak ditampilkan melalui pembahasan dengan mengutamakan penggunaan logika atau penalaran. Konsep-konsep fisika yang abstrak dapat divisualisasikan dalam bentuk animasi simulasi yang berbasis komputer.
“Dalam PF3M mengacu pada pembelajaran bermakna dan konstruktivistik. Anak membentuk sendiri pengetahuan dipikirannya, anak memperoleh pengetahuan baru, belajar tidak sekadar hafalan, dan mampu mengaplikasikan konsep abstrak menjadi bentuk teknologi yang konkret,” bebernya.
Sementara itu, Prof. Suyitno dalam orasi “Reproduksi Teks dan Ideologi: Kajian Sastra” menjelaskan, subjek reseptif dan produktif sastra harus melihat bahwa kebenaran dalam sastra tidak pernah ada yang selesai dan tak terstruktur. Kebenaran dalam sastra selalu berproses lanjut dan selalu mencerminkan realitas yang harus dibaca berulang-ulang seperti teks.
Realitas kebenaran dalam sastra harus dibaca berulang-ulang karena realitas kebenaran dalam sastra selalu terbarui dan kompleks. Subjek reseptif dan produktif sastra harus melihat bahwa teks sastra adalah hasil dialog kelanjutan kreativitas kreator ketika menyikapi fenomena.
Ia juga menjelaskan bahwa sewaktu mengentitas subjek majemuk teks sastra harus dibiarkan berkompetisi dengan teks-teks lain membentuk medan eksotopi yang memustahilkan kesempurnaan antara teks yang satu dengan teks lainnya.
“Ke depan, karya-karya sastra akan penuh kejutan dan ini baru sastra tertulis. Belum nanti ada sastra digital dan sastra lainnya,” kata Prof. Suyitno.
Bagus Adji