SEMARANG (SUARABARU.ID)– Tim Penggerak PKK bersama seluruh kader dan masyarakat, diminta menjadi ‘support system‘, bagi anak-anak yang kehilangan orang tuanya karena covid-19. Sehingga mereka dapat kembali bangkit, menjalani kehidupan untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Hal itu ditekankan Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Atikoh Ganjar Pranowo, saat membuka kegiatan Peningkatan Kapasitas Kader Bagi Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota se-Jateng, secara daring, dari Rumah Dinas Gubernur, Puri Gedeh, Selasa (30/11/2021). Hadir juga pada acara itu, Wakil Ketua I TP PKK Jateng, Nawal Arafah Yasin.
Ditambahkan Atikoh, berdasarkan data dari Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jateng, sampai 25 September 2021, anak yang kehilangan orang tuanya akibat covid-19 terlaporkan sebanyak 10.903 anak. Dengan rincian, yatim 6.417 anak, piatu 4.028 anak, dan yatim piatu 458 anak.
BACA JUGA: Aset Daerah Blora Tambah, Dapat Hadiah Undian Tabungan
Kehilangan orang tua di masa pandemi, ujar Atikoh, bagi anak menjadi penyebab stres terbesar. Dia menunjuk contoh pengalamannya, saat ditinggal ibu dan ayahnya, dalam kurun waktu satu tahun, yang membuat perasaannya terguncang. Namun berkat dukungan orang di sekitarnya, termasuk sahabat, Atikoh bisa kembali bangkit.
”Anak-anak ini juga sama. Mereka membutuhkan ‘support system‘ dari kita untuk bangkit, baik psikososial hingga bantuan ekonomi,” bebernya.
Tak hanya itu, menurut Atikoh, permasalahan trafficking atau perdagangan orang, mesti menjadi perhatian para kader PKK, agar memperjuangkan pengarusutamaan gender pada semua lini. Selama ini, perempuan dan anal-anak masih dianggap sebagai warga nomor dua, yang keberadaannya terabaikan bahkan hak asasinya belum terpenuhi secara optimal.
BACA JUGA: Kesan Jung Hae In dan Jisoo Blackpink Dalam Pembacaan Naskah Pertama “Snowdrop”
Ketidakberdayaan kaum perempuan dan anak yang termarginalkan, dimanfaatkan oknum untuk melakukan trafficking.
Berdasarkan data Dinas Perempuan dan Anak, pada tahun 2020, perempuan yang menjadi korban trafficking sebanyak lima orang. Sedangkan untuk data anak yang menjadi korban trafficking sebanyak delapan orang.
”Jangan dilihat angkanya masih lima atau delapan orang, karena itu baru yang dilaporkan. Karenanya, kader PKK diharapkan dapat turut serta menanggulangi permasalahan trafficking ini, melalui pengarusutamaan gender pada semua lini,” ujarnya.
BACA JUGA: Wartawan Olahraga Harus Ikut Gemakan Desain Besar Olahraga Nasional
Selain permasalahan trafficking, kader PKK didorong ikut serta memberdayakan lanjut usia (lansia), dalam kegiatan yang produktif. Apalagi saat pandemi, di mana lansia termasuk kelompok rentan, baik dari sisi kesehatan fisik maupun psikologis. Banyak pula yang merasa kesepian, karena pembatasan pertemuan.
”Maka, luangkanlah waktu untuk merawat dan memperhatikan mereka. Dengan kasih sayang dan perhatian, mereka akan mendapatkan kebahagian hidup di masa senjanya,” tandas Atikoh.
Riyan